Ketika media sosial diwarnai dengan gemuruh perselisihan satu warganet dengan warganet lainnya, dapat disimpulkan bahwa dalam pembacaan atas fenomena, khususnya dalam realitas nyata yang kemudian diekspresikan lewat media sosial, tidak mengikutkan nama Tuhan di dalamnya.
Kejadian yang telah membuat luka hati antara satu dengan lainnya itu akibat kita lepas dari sifat rahman dan rahim yang sejatinya sifat paling tinggi dari Ilahi itu harus selalu menjadi penggerak kita dalam menjalankan sesuatu.
Jika pembacaan dan sikap kita atas sesuatu selalu diikuti dengan "nama Tuhan", maka semua aspek kehidupan akan diwarnai kesejukan, meskipun secara tampak mata ada konflik. Hanya saja, konflik yang dalam diri person-person yang selalu menyadari bersemayamnya sifat-sifat Tuhan dalam diri, akan selalu tampil dengan sikap sejuk dan damai.
Kecenderungan manusia untuk berkonflik satu sama lain itu agaknya merupakan perwujudan dari peringatan dalam Surat Al 'Alaq di Ayat 5, "Sekali-kali tidak. Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas".