Banda Aceh (ANTARA) -
Yani, seorang ibu di Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, terkejut ketika anaknya terdeteksi mengalami stunting. Baginya penyakit itu masih asing dan seperti kebanyakan warga di daerah tersebut, stunting bisa dikatakan menyerang anak-anak dalam senyap karena unsur ketidaktahuan untuk mencegahnya.
Dia baru mengetahui anaknya stunting setelah mengukur tinggi badan dan dibandingkan dengan umurnya. Hasil pengukuran, tumbuh kembang sang anak tidak sebanding dan berada pada kisaran di bawah normal.
Pikiran Yani makin terbuka setelah hadir pada sosialisasi dan penyuluhan stunting di Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) di Desa Blang Nisam, Indra Makmur. Tempat itu merupakan binaan perusahaan migas PT Medco E&P Malaka yang beroperasi di Aceh Timur.
Baca juga: RSUD dr Zubir Mahmud, saksi bisu perkembangan industri migas di Aceh
Selama ini, ia mengira penyembuhan anaknya akan bergantung pada obat medis. Tetapi setelah mengikuti sosialisasi, anggapannya itu ternyata salah. Paling penting adalah memastikan makanan yang dikonsumsi anak cukup asupan gizi, terutama protein.
Sejak saat itulah, Yani merasa keberadaan RPIA bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam peningkatan kesehatan keluarga dan pola asuh anak. "Rumah ini menjadi solusi untuk saya berkonsultasi mengenai stunting. Dari awal, saya kurang paham tentang pola asuh sehingga menjadi benar-benar tahu tentang stunting, sehingga saya rutin mengikutinya. Kini Alhamdulillah, anak saya sudah bebas stunting," kata Yuni di akhir Januari 2024.