Banda Aceh (ANTARA) -
Pengembang aplikasi e-tikbroh.yak mengadakan edukasi pemilahan sampah untuk anak-anak dengan mengusung tema “EXPLORE Non-Organic Waste, Fun With e-tikbroh.yak” di Alue Naga, Kota Banda Aceh, Senin (4/3).
”Hal yang melatarbelakangi kegiatan ini adalah kami sadar pengetahuan memilah sampah harus ditanamkan sejak dini, sehingga perlunya edukasi tentang sampah kepada anak-anak,” sebut Rani Mauizzah, ketua panitia pelaksana edukasi tersebut.
e-tikbroh.yak adalah hasil rancangan yang dibuat oleh dosen dan beberapa mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dalam bentuk aplikasi berbasis digital guna mempermudah masyarakat dalam proses pembuangan sampah tanpa harus mencemari alam. Aplikasi ini diluncurkan sejak 2021 dan telah dilakukan uji percobaan di salah satu desa (gampong) di Banda Aceh untuk pengguna terutama ibu rumah tangga.
Baca juga: Bupati Aceh Selatan keluarkan instruksi pengurangan sampah plastik
Aplikasi ini memudahkan penggunanya untuk jemput antar sampah yang nantinya diolah menjadi produk menarik.
“Nantinya sampah nonorganik harus dipilah terlebih dahulu, kemudian tim e-tikbroh.yak akan menjemput sampah tersebut ke rumah. Adik-adik nanti bakal dapat poin yang nantinya bisa ditukar dengan dompet, kotak pensil dan ada voucher belanja juga," katanya.
Ia berharap edukasi itu bisa menanamkan pemikiran pada anak-anak untuk paham tentang memilah sampah. Agar mereka menyadari bahwa sampah bukan hanya tanggung jawab orang tua. Sampah yg dihasilkan dari keseharian mereka adalah tanggung jawab sendiri.
Kegiatan edukasi ini penting ditujukan untuk anak-anak sebagai generasi penerus yang nantinya harus ikut berpartisipasi dalam menjaga bumi. Sesuatu yang dilihat anak-anak sekarang maka akan diaplikasikan dalam kehidupannya dan menjadi kebiasaan.
“Karena memang kita harus menanamkan sampah itu dari kecil, kalo kita gak menanamkan sekarang nanti mereka besarnya tidak peduli. Sedari awal kita kenalkan bahwa sampah itu tidak baik dan berlanjut pada pemilahan sampah organik dan non organik”, ujar Amanda, guru pendamping dari BUMOE Learning Community.
Amanda berharap kegiatan tersebut berkelanjutam ke depannya sehingga dapat mengikutsertakan kembali anak-anak dan memperlihatkan proses pemilahan dan pengolahan secara langsung.
”Pinginnya lebih banyak lagi kegiatan seperti ini. Mungkin lebih ke pada praktek pemilahan dan pengolahan sampah. Misal sampah organik menjadi kompos, jadi kita langsung memperlihatkan proses pembuatannya. Jadi menjadi lebih tertarik dalam belajar," harap Amanda.
Aksel, salah satu peserta kegiatan mengatakan senang bisa bergabung karena dapat belajar dan melihat simulasi pengolahan sampah yang disampaikan dengan seru dan berhadiah.
“Ini kami belajar mengolah sampah, juga dengan kids friendly. Tentang sampah organik dan nonorganik. Seru sih, ada nyanyi, kuis, abestu ada puppet shownya juga. Aksel dapat dompet yang terbuat dari sampah dan bagus banget," ujar Aksel.
Penulis: Naily Jannati, mahasiswa FISIP Komunikasi USK
Baca juga: Pemkot optimis wujudkan Lhokseumawe bebas sampah pada 2025