Moskow (ANTARA) - Penembakan terhadap kamp pengungsi di Jalur Gaza oleh pasukan bersenjata Israel dapat menjadi batu sandungan untuk mencapai gencatan senjata di sana dan membebaskan para sandera, kata Kementerian Luar Negeri Qatar, Senin.
“Qatar mengutuk keras pemboman Israel yang menargetkan kamp pengungsian di Rafah ... Kementerian menyampaikan keprihatinan Qatar bahwa pemboman tersebut akan mempersulit upaya mediasi yang sedang berlangsung sekaligus menghambat kesepakatan gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza serta pertukaran tahanan, sehingga semakin memperburuk dampak perang dan dampak terhadap keamanan regional dan internasional,” demikian unggahan Kemlu di X.
Kemlu Qatar mendesak komunitas internasional untuk "segera bertindak mencegah komitmen genosida" dan menekankan perlunya Israel mematuhi keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan operasi militer di Rafah.
Bulan Sabit Merah Palestina pada Minggu mengatakan banyak orang terbunuh dan terluka setelah Israel melakukan serangan udara di sebuah kamp pengungsi di barat laut kota Rafah di Gaza selatan.
Sementara itu, menurut dinas pertahanan sipil Palestina, sedikitnya 40 orang terbunuh dan puluhan lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim serangannya mengenai kompleks militer Hamas dan kepala markas Hamas terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Serangan itu ditujukan pada sasaran yang sah dan sesuai dengan hukum internasional tentang penggunaan amunisi dan berdasarkan data pengintaian yang tepat, kata IDF.
Juru bicara Kemlu Qatar, Majed Al Ansari, pekan lalu mengatakan perundingan antara Israel dan Hamas tentang gencatan senjata di Gaza dibekukan selama beberapa pekan. Namun demikian, pihak mediator, termasuk Qatar, masih berupaya menjaga komunikasi dengan para pihak berkonflik terkait upaya tersebut.
Sumber: Sputnik
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Qatar nilai serangan Rafah kacaukan upaya gencatan senjata di Gaza
Serangan Israel ke Rafah kacaukan upaya gencatan senjata di Gaza
Selasa, 28 Mei 2024 10:20 WIB