Spanyol lebih senang mendapatkan lawan yang sama ofensif dengan mereka, tapi ketika menghadapi Italia dan Jerman yang menampilkan permainan menyerang, La Roja justru kewalahan.
Mereka harus mengandalkan gol bunuh diri ketika mengalahkan Italia dan menjadi tim yang lebih tertekan tatkala menghadapi Jerman dalam perempat final.
Dalam beberapa hal, Inggris bermain seperti Italia dan Jerman, bahkan di bawah asuhan Southgate menampilkan sepak bola menyerang ala tiki taka seperti dianut La Roja. Bukti termutakhir terlihat saat mereka menghempaskan Belanda dalam semifinal.
Tiki taka adalah jiwa permainan Spanyol yang diadopsi dari gaya bermain Barcelona.
Ironisnya, musim ini, tiki-taka tak mendapatkan apa-apa di Spanyol karena Real Madrid yang antitesis tiki-taka dan lebih menyerupai timnas Inggris sebelum era Southgate, yang justru sukses di LaLiga dan Liga Champions.
Sebaliknya, tiki taka berhasil di Inggris ketika Manchester City menjuarai lagi Liga Inggris.
Dari sini, mungkin salah satu hal penting dalam laga ini adalah bagaimana kedua tim mengenal permainan lawannya.
Dalam soal ini, Inggris memiliki pemain-pemain yang memahami lebih utuh permainan Spanyol.
Mereka memiliki Jude Bellingham yang menjadi andalan Real Madrid dan mantan pemain Atletico Madrid Kieran Trippier yang tahu bagaimana menghadapi dan mematikan tiki-taka. Mereka juga memiliki Kyle Walker dan Phil Foden yang hafal bagaimana memainkan tiki taka.
Sebaliknya, Spanyol agak kekurangan referensi untuk memahami secara utuh permainan Inggris, kecuali Rodri yang menjadi andalan lini tengah Spanyol dan Manchester City.
Rodri yang menjadi otak permainan La Roja bakal bertarung dengan Declan Rice seperti sering terjadi di Liga Inggris. Kedua gelandang ini instrumental baik baik timnas Spanyol dan Inggris maupun bagi City dan Arsenal.
Duel sengit juga terjadi antara kedua sayap dengan kedua sayap pertahanan mereka.
Satu lagi kelebihan Inggris adalah skuad mereka diisi oleh delapan pemain yang tampil dalam final Euro 2020. Hanya Jesus Navas yang memiliki kualifikasi seperti dimiliki delapan pemain Inggris itu.
Pengalaman ini bisa menjadi faktor pembeda, apalagi pemain-pemain Inggris, termasuk Bukayo Saka, berhasil melawan kutukan adu penalti ketika menyingkirkan Swiss dalam perempat final. Jika laga ini harus diakhiri adu penalti, Inggris menjadi tim yang lebih siap untuk menang.
Yang pasti, seperti diakui Luis de la Fuente, tim yang bisa mengelola dengan baik kekuatannya dan seminimal mungkin melakukan kesalahan, adalah yang akan memenangkan laga ini.
Baca juga: Preview Euro 2024, Inggris vs Belanda: Laga oktan tinggi antara dua kiblat sepak bola
Pertanyaannya, apakah Lamine Yamal dan Nico Williams yang merusak tim pertahanan Inggris, atau Saka, Bellingham dan Phil Foden yang mengacaukan lini belakang Spanyol yang salah satunya beranggotakan bek kanan Jesus Navas yang sudah dimakan usia.
De le Fuente kemungkinan besar memasang lagi pola 4-3-3, sedangkan Southgate mempertahankan formasi 3-4-2-1 yang sukses mendikte dan menyingkirkan Belanda.
Ini pertemuan keempat kedua tim dalam turnamen besar setelah Piala Dunia 1950, Piala Dunia 1982 dan Euro 1996. Mereka saling mengalahkan dan sekali seri dalam tiga pertemuan ini.
Dari situ terlihat, sejak lama kedua tim adalah tim-tim yang memiliki kekuatan seimbang yang mungkin membuat final Euro 2024 ditentukan oleh adu penalti seperti final Euro tiga tahun lalu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Final Euro 2024: Trofi keempat Spanyol atau piala perdana Inggris?
Preview Euro 2024: Trofi keempat Spanyol atau piala perdana Inggris?
Minggu, 14 Juli 2024 17:49 WIB