Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang bergerak di bidang media periklanan, pengembangan aplikasi, dan infrastruktur jaringan, PT Solusi Sinergi Digital Tbk jelang tutup tahun resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO dan menjadi perusahaan tercatat ke-51 di BEI sepanjang 2020.
Emiten berkode saham WIFI tersebut melepas 156,56 juta saham atau setara 8,04 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran Rp530 per saham. Perusahaan yang menggandeng PT Indo Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek itu meraup dana segar sekitar Rp83 miliar.
"Dana hasil IPO seluruhnya akan digunakan sebagai modal kerja, seperti biaya pembayaran sewa ruang iklan, perlengkapan penunjang usaha periklanan, dan overhead cost," kata Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk Hermansjah Haryono saat pencatatan perdana saham secara virtual di Jakarta, Rabu .
Perseroan juga menerbitkan 283,02 juta saham dalam rangka konversi utang kepada PT Prambanan Investasi Sukses (PIS) dan PT Investasi Gemilang Maju (IGM). Jumlah tersebut setara 14,54 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dan konversi utang. Dengan begitu, kepemilikan publik setelah IPO dan konversi utang adalah sebesar 22,58 persen.
Sebagai pemanis, perseroan juga menerbitkan Waran Seri I sebanyak-banyaknya 351,66 juta saham atau 23,33 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh sebelum IPO. Waran tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham baru dengan rasio 5 saham baru akan mendapatkan 4 waran seri I.
Waran tersebut memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pembelian Saham Biasa Atas Nama yang bernilai nominal Rp100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp690 per saham. Adapun seluruh dana hasil pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan untuk modal kerja.
Hermansjah yakin perseroan punya prospek bisnis yang cerah karena pada era digital seperti sekarang ini manusia tidak dapat terlepas dari teknologi digital. Pengguna internet di Indonesia yang terus meningkat menandakan masih banyaknya ruang pertumbuhan bagi perusahaan.
"Belum meratanya jangkauan jaringan internet di Indonesia juga dapat menjadi target jangkauan perusahaan pada masa depan," ujar Hermansjah.
Menteri Komunikasi dan Informatika tahun 2014-2019 Rudiantara dan Alexander Steven Rusli yang sudah tidak asing lagi di industri digital dan telekomunikasi merupakan pemegang saham yang juga menjabat sebagai sebagai komisaris perusahaan. Menurut Hermansjah, hal itu menjadi keunggulan yang sangat berarti bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya dan melakukan pengembangan usaha ke depannya.
Pada perdagangan perdananya, saham WIFI terpantau naik 130 poin atau 24,53 persen menjadi Rp660 per saham.