Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Wakil Gubernur Aceh H Muzakir Manaf menghadiri haul wafatnya Abu H 'Aidarus bin H Sulaiman (Abu di Sabang) ke - 63 di Dayah Bustanul 'Aidarus Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, Selasa (24/3 ).
Hadir Dalam Haul Akbar ini Bupati Aceh Jaya, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Aceh Jaya, Ketua dan pengurus Himpunan Ulama Dayah Aceh Jaya, MPU Aceh dan jajaran SKPA terkait serta diikuti ratusan guru dan santri Dayah Bustanul Aidarusiyah, Lamno, Aceh Jaya.
Abu di Sabang merupakan Pelopor (pahlawan) perjuangan dan tokoh pendidikan Nanggroe Daya yang lahir pada Tahun 1871 M dan Muwafakah pada Tahun 1390 H (144 tahun yang lalu).
Wagub berharap, para alumni dan seluruh santri pesantren tersebut untuk dapat menggantikan posisi pimpinan dayah dan melanjutkan perjuangan dakwah ulama terdahulu.“Kita juga berdoa dan berikhtiar agar kita semua diberi petunjuk dan kekuatan untuk dapat melanjutkan apa yang telah dirintih oleh Abu Di Sabang,†ujar Wagub Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem.
“Kita juga harus siap menepis atau menyikapi siapa pun yang masuk ke Aceh pada saat ini dengan dalih bantuan sosial padahal dibalik itu semua mereka mengemban misi pendangkalan akidah,†tandas Wagub.
Dalam kesempatan itu, Mualem kembali mengingatkan generasi muda Aceh agar menjauhi narkoba dan pergaulan bebas (seks bebas) karena semua itu adalah perusak masa depan. Mantan panglima GAM ini juga menegaskan bahwa kebersamaan semua elemen sangat penting, apalagi saat ini sedang menghadapi tantangan globalisasi yang berpotensi merusak dan mengganggu aqidah umat.
â€Kita semua harus bersanding bahu dalam hal memperkuat ajaran islam terhadap misi pendangkalan akidah yang sedang marak di Aceh saat ini,†pungkasnya. Menurut Wagub, peran dayah tradisional sangat dibutuhkan sebagai filter dan penguat spirit masyarakat dalam melaksanakan syariat Islam di Aceh. Tidak hanya itu, Wagub juga bertekad akan memperjuangkan pembangunan pesantren yang ada diseluruh Aceh dan khususnya pesantren Bustanul 'aidarus yang berlokasi di gampong Leupe tersebut.
Ulama dan Umara adalah Pilar Penting
Ulama Karismatik Aceh, Abuya H Djamaluddin Wali mengatakan, ulama pada hakikatnya adalah umaranya para umara, karena segala sesuatu yang akan dilakukan oleh para pemangku kebijakan tidak bisa melangkahi Fatwa Ulama. Ia berharap, relasi ideal antara ulama dan umara benar-benar terwujud di Aceh, karena ulama merupakan pelita dan pilar penting untuk menentukan arah perjalanan sebuah bangsa.
“Ulama dan pimpinan dayah adalah yang sangat berperan dalam menjaga dan mendidik generasi muda pada saat ini dalam hal pendangkalan akidah yang sangat meresahkan umat islam dimanapun dan di Aceh khususnya,†kata Abuya. Abuya Djamaluddin Wali juga mengingatkan kepada semua hadirin yang hadir pada Haul itu bahwa daerah Lamno merupakan markasnya para ulama dimasa dahulu. “Maka dari itu hargailah peran Ulama,â€pintanya.
Hal senada juga dikatakan Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman. Ia mengajak untuk menyanjung ulama Sebagai Pewaris Nabi Muhammad SAW dan menempatkan posisi ulama sebagai acuan dalam mengambil fatwa.“Sehingga tidak mudah dilecehkan oleh orang yang mengadudomba kita sebagai Umat Islam,†ujar Bupati Azhar. Ia juga mengajak kepada seluruh alumni untuk membangun Pesantren Bustanul 'Aidarus serta memperkuat pendidikan dayah untuk menangkal radikalisme yang kian marak.
Bupati Azhar berjanji akan memberikan santuan Rp.1,2 juta kepada seluruh santri, selain itu di tahun 2015 ini ia juga akan menggratiskan uang makan di seluruh pasantren yang ada di Aceh Jaya.
Dalam kesempatan itu, Azhar Abdurrahman memberikan apresiasi kepada Wagub Aceh Muzakir Manaf, karena ditengah-tengah kesibukannya yang sangat padat tetap menyempatkan diri untuk hadir dalam peringatan Haul ke-63 wafatnya Abu di Sabang.
Hadir Dalam Haul Akbar ini Bupati Aceh Jaya, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Aceh Jaya, Ketua dan pengurus Himpunan Ulama Dayah Aceh Jaya, MPU Aceh dan jajaran SKPA terkait serta diikuti ratusan guru dan santri Dayah Bustanul Aidarusiyah, Lamno, Aceh Jaya.
Abu di Sabang merupakan Pelopor (pahlawan) perjuangan dan tokoh pendidikan Nanggroe Daya yang lahir pada Tahun 1871 M dan Muwafakah pada Tahun 1390 H (144 tahun yang lalu).
Wagub berharap, para alumni dan seluruh santri pesantren tersebut untuk dapat menggantikan posisi pimpinan dayah dan melanjutkan perjuangan dakwah ulama terdahulu.“Kita juga berdoa dan berikhtiar agar kita semua diberi petunjuk dan kekuatan untuk dapat melanjutkan apa yang telah dirintih oleh Abu Di Sabang,†ujar Wagub Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem.
“Kita juga harus siap menepis atau menyikapi siapa pun yang masuk ke Aceh pada saat ini dengan dalih bantuan sosial padahal dibalik itu semua mereka mengemban misi pendangkalan akidah,†tandas Wagub.
Dalam kesempatan itu, Mualem kembali mengingatkan generasi muda Aceh agar menjauhi narkoba dan pergaulan bebas (seks bebas) karena semua itu adalah perusak masa depan. Mantan panglima GAM ini juga menegaskan bahwa kebersamaan semua elemen sangat penting, apalagi saat ini sedang menghadapi tantangan globalisasi yang berpotensi merusak dan mengganggu aqidah umat.
â€Kita semua harus bersanding bahu dalam hal memperkuat ajaran islam terhadap misi pendangkalan akidah yang sedang marak di Aceh saat ini,†pungkasnya. Menurut Wagub, peran dayah tradisional sangat dibutuhkan sebagai filter dan penguat spirit masyarakat dalam melaksanakan syariat Islam di Aceh. Tidak hanya itu, Wagub juga bertekad akan memperjuangkan pembangunan pesantren yang ada diseluruh Aceh dan khususnya pesantren Bustanul 'aidarus yang berlokasi di gampong Leupe tersebut.
Ulama dan Umara adalah Pilar Penting
Ulama Karismatik Aceh, Abuya H Djamaluddin Wali mengatakan, ulama pada hakikatnya adalah umaranya para umara, karena segala sesuatu yang akan dilakukan oleh para pemangku kebijakan tidak bisa melangkahi Fatwa Ulama. Ia berharap, relasi ideal antara ulama dan umara benar-benar terwujud di Aceh, karena ulama merupakan pelita dan pilar penting untuk menentukan arah perjalanan sebuah bangsa.
“Ulama dan pimpinan dayah adalah yang sangat berperan dalam menjaga dan mendidik generasi muda pada saat ini dalam hal pendangkalan akidah yang sangat meresahkan umat islam dimanapun dan di Aceh khususnya,†kata Abuya. Abuya Djamaluddin Wali juga mengingatkan kepada semua hadirin yang hadir pada Haul itu bahwa daerah Lamno merupakan markasnya para ulama dimasa dahulu. “Maka dari itu hargailah peran Ulama,â€pintanya.
Hal senada juga dikatakan Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman. Ia mengajak untuk menyanjung ulama Sebagai Pewaris Nabi Muhammad SAW dan menempatkan posisi ulama sebagai acuan dalam mengambil fatwa.“Sehingga tidak mudah dilecehkan oleh orang yang mengadudomba kita sebagai Umat Islam,†ujar Bupati Azhar. Ia juga mengajak kepada seluruh alumni untuk membangun Pesantren Bustanul 'Aidarus serta memperkuat pendidikan dayah untuk menangkal radikalisme yang kian marak.
Bupati Azhar berjanji akan memberikan santuan Rp.1,2 juta kepada seluruh santri, selain itu di tahun 2015 ini ia juga akan menggratiskan uang makan di seluruh pasantren yang ada di Aceh Jaya.
Dalam kesempatan itu, Azhar Abdurrahman memberikan apresiasi kepada Wagub Aceh Muzakir Manaf, karena ditengah-tengah kesibukannya yang sangat padat tetap menyempatkan diri untuk hadir dalam peringatan Haul ke-63 wafatnya Abu di Sabang.