Lhokseumawe (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara menyatakan lebih dari 6.000 dari 37 ribu atau 15 persen balita di kabupaten itu mengalami kekerdilan atau stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara Amir Syarifuddin di Aceh Utara, Jumat, mengatakan pemerintah kabupaten terus berupaya menurunkan angka kekerdilan tersebut hingga 2022.
"Jumlah balita mengalami kekerdilan di Aceh Utara masih di atas standar Kementerian Kesehatan. Ada 15 persen dari 37 ribu balita di Aceh Utara mengalami kekerdilan sejak lahir," kata Amir Syarifuddin.
Amir Syarifuddin mengatakan pihaknya kini terus bekerja keras menurun angka kekerdilan tersebut. Di antaranya dengan memprogramkan obat penambah darah bagi remaja putri.
Kemudian, peningkatan kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, serta anak balita periode 1.000 hari setelah kelahiran. Dengan program-program tersebut diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Aceh Utara.
"Penanganan stunting ini juga melibatkan dan bekerja sama semua satuan kerja perangkat daerah serta semua pihak terkait lainnya," kata Amir Syarifuddin menyebutkan.
Selain itu, kata Amir Syarifuddin, pihaknya juga melakukan beberapa aksi dan strategi penanganan untuk menurunkan angka kekerdilan, di antaranya pembinaan sumber daya manusia dan sistem manajemen data.
"Kami juga mengevaluasi setiap aksi dan strategi penanganan stunting, sehingga diketahui bagaimana hasil yang dikerjakan selama ini. Dari evaluasi tersebut akan ditetapkan kebijakan penanganan selanjutnya," kata Amir Syarifuddin.
Amir Syarifuddin mengatakan Bupati Aceh Utara telah menetapkan 20 gampong atau desa yang menjadi fokus penanganan stunting pada tahun anggaran 2021 dan 2022
"Dan ke depan juga ada rencana penambahan desa dan kecamatan yang menjadi fokus penanganan stunting. Dan diharapkan angka kekerdilan di Aceh Utara menurun mulai tahun depan," kata Amir Syarifuddin.
6.000 balita di Aceh Utara alami kekerdilan
Jumat, 12 November 2021 22:07 WIB