Jambi (ANTARA Aceh) - Sepanjang setahun terakhir, "demam" batu akik melanda hampir semua wilayah di Tanah Air, termasuk di Kota Jambi. Penggemarnya tidak hanya laki-laki, tetapi juga kaum hawa.
Ada yang menyebutkan bahwa hal itu sebagai pertanda kembali hidup pada zaman batu karena hampir semua sudut kota ada pedagang batu dan sejumlah warga ada yang membuka usaha jasa pengasah batu akik.
Bahkan, ada yang menyebutnya bahwa "demam" batu akik itu telah mendongkrak kembali perekonomian masyarakat di tengah-tengah turunnya harga komoditas kelapa sawit dan karet di Provinsi Jambi.
"Saya menilai 'demam' batu akik ini sedikit membantu membaiknya ekonomi rakyat di tengah-tengah turunnya harga komoditas perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit, saat ini," kata Junaidi, warga Kota Jambi.
"Demam" batu akik juga tidak hanya melanda masyarakat biasa, tetapi juga kelas atas, seperti anggota legislatif (DPR), pengusaha ternama, dan pejabat pemerintahan.
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai "booming" batu akik dapat mendongkrak ekonomi rakyat di berbagai daerah sehingga menjadi lebih bergairah.
'Booming' batu akik ini adalah fenomena rakyat yang tanpa disadari dapat menggerakkan ekonomi rakyat menjadi lebih baik," kata Fadli Zon di sela pameran batu akik di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta.
Menurut Fadli Zon, DPR RI memberikan apresiasi pada "booming" batu akik yang sampai saat ini relatif banyak warga yang meminati batu tersebut.
"Booming" batu akik ini, kata dia, dapat mengurangi beban rakyat dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang melambat saat ini.
Pameran batu akik yang diselenggarakan di Gedung Nusantara DPR RI, 8--12 Juni 2015, mamamerkan dan menjual sekitar 1.500 batu akik.
Menurut Fadli Zon, pameran itu tdak diselenggarakan oleh DPR RI, tetapi panitia perorangan. Pada pameran batu akik tersebut, Fadli Zon memamerkan sekitar 100 unit batu akik yang sudah berbentuk cincin dari koleksi pribadinya.
Sementara itu, di Kota Jambi, hampir setiap bulan ada pameran batu akik yang lokasinya berpindah-pindah. Setiap pameran, pedagang mengaku meraih banyak keuntungan dari perdagangan batu itu.
Tidak hanya pedagang, penjual jasa asah batu akik juga mengaku meraih banyak keuntungan setiap pameran. Jasa asah batu akik itu bervariasi dari Rp25 ribu untuk cincin dan Rp40 ribu berbentuk liontin.
Para peserta pemeran batu akik di Kota Jambi itu tidak hanya dari lokal, tetapi juga ada yang datang dari jauh, seperti Padang (Sumbar) hingga Aceh.
Azhar, pedagang batu akik dari Aceh mengaku sengaja ikut pameran pada "Jambi Expo" 2015 dengan membawa cukup banyak bahan berbagai jenis, seperti cincin, gelang, dan liontin.
"Kami membawa barang dari batu giok Aceh, dan jenis black jade yang memang khas batu akik asal Aceh. Alhamdulillah, permintaan banyak selama pameran ini," kata pria asal Kabupaten Pidie itu.
Beragama nama baku akik nusantara yang kerap meramaikan pameran di Jambi, misalnya jenis batu bacan (Maluku), sisik naga enrekang (Sulawesi Selatan), black opal Kalimaya (Banten), dan pancawarna edong (Garut).
Selain itu, juga ada batu akik red raflesia (Bengkulu), giok Aceh, dan giok Sungai Dareh (Sumbar), serta sungkai Merangi (Jambi).
Pasar Batu Akik
Sementara itu, para pengrajin dan pedagang meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi untuk membangun pusat perdagangan batu akik yang representatif.
"Selama ini, kami berdagang di kaki lima dan lokasinya juga berpencar-pencar. Kami berharap ada satu kawasan perdagangan batu akik di Jambi," kata Frans, pengrajin batu akik di Kota Jambi.
Apalagi, kata dia, perdagangan batu akik telah menjadi salah satu sumber ekonomi atau pendapatan bagi masyarakat, khususnya di Kota Jambi.
"Kalau hari-hari biasa, saya membuka dagangan di pinggir jalan kawasan kompleks kuburan. Setiap harinya, terutama pada sore hari, jalanan terkadang jadi macet karena banyaknya pengunjung yang membeli bahan batu akik," katanya.
Munculnya banyak pedagang, kata Frans, telah membuka lapangan pekerjaan hingga ke daerah-daerah. Misalnya, kawasan sumber bahan batu akik itu.
"Tidak hanya itu, dengan adanya perdagangan batu, kini telah sudah bermunculan usaha jasa pengasah. Itu tentunya sudah membantu pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat," kata Putra, pengrajin lainnya.
Selama ini, kata dia, para pedagang dan pengrajin juga dapat kesempatan untuk bisa berkumpul jika adanya pameran batu akik di Jambi.
"Di lokasi pameran, kita bisa mengetahui tentang banyaknya pedagang atau pengrajin di Jambi. Jadi, kami bisa saling berinteraksi di arena pameran," kata Putra.
Para pedagang tidak hanya menggelar baku akik asal Jambi, tetapi juga didatangkan dari provinsi lain, seperti Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan.
Harapan pedagang itu ibarat gaung bersambut menyusul pernyataan Pemkot Jambi yang akan membangun pusat perdagangan batu akik, atau seiring dengan makin tingginya animo masyarakat daerah itu terhadap batu akik.
"Kami merencanakan pembangunan pusat perdagangan batu akik di kawasan eks lokalisasi Payo Sigadung atau Pucuk," kata Wali Kota Jambi Sy Fasha.
Ia mengatakan bahwa Pemerintah Kota Jambi tengah berupaya melakukan pembebasan lahan di eks lokalisasi terbesar di Jambi itu.
"Di samping saya akan menjadikan eks lokalisasi itu untuk dibangun 'Islamic Center'. Saya juga tawarkan kalau mereka mau dibangun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batu akik," kata Fasha saat meninjau pameran batu akik dalam rangka HUT Kota Jambi.
Jika pedagang batu akik benar-benar mau, kata Fasha, pemkot setempat akan mengupayakan segera membangun pusat perdagangan batu di tempat tersebut.
"Kalau pedagang mau kami bangun di sana nanti. Sekarang ini, kami lagi mengupayakan pembebasan lahannya. Jadi, eks lokalisasi itu tetap dijadikan 'Islamic Center'. Namun, ada penambahan rencana, yakni membangun pusat penjualan batu akik," katanya.
Dalam menyambut HUT Kota Jambi, Dinas Pariwisata juga menggelar pameran dan kontes batu akik se-Sumatera.
Fasha keika membuka langsung pameran itu terlihat terkesan dengan batu-batu yang ada di arena pameran tersebut. Dia pun mendatangi satu per satu anjungan batu akik.
Di arena pameran, semua jenis batu akik dipamerkan dan dijual dengan harganya sesuai dengan jenis, kualitas, dan asal batu itu sendiri.
Namun, batu jenis Sungkai asal Kabupaten Merangin Jambi, memegang rekor harga tertinggi, batu berbentuk bongkahan yang sudah diasah hingga mengkilap itu dijual dengan harga Rp100 juta.
Pembeli batu akik jika membeli batu di lokasi itu seperti tidak akan tertipu dengan batu palsu sebab dipameran tersebut juga disediakan uji laboratorium. Jika pembeli ragu, dapat langsung mengecek batu tersebut di laboratorium yang tersedia.
Ada yang menyebutkan bahwa hal itu sebagai pertanda kembali hidup pada zaman batu karena hampir semua sudut kota ada pedagang batu dan sejumlah warga ada yang membuka usaha jasa pengasah batu akik.
Bahkan, ada yang menyebutnya bahwa "demam" batu akik itu telah mendongkrak kembali perekonomian masyarakat di tengah-tengah turunnya harga komoditas kelapa sawit dan karet di Provinsi Jambi.
"Saya menilai 'demam' batu akik ini sedikit membantu membaiknya ekonomi rakyat di tengah-tengah turunnya harga komoditas perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit, saat ini," kata Junaidi, warga Kota Jambi.
"Demam" batu akik juga tidak hanya melanda masyarakat biasa, tetapi juga kelas atas, seperti anggota legislatif (DPR), pengusaha ternama, dan pejabat pemerintahan.
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai "booming" batu akik dapat mendongkrak ekonomi rakyat di berbagai daerah sehingga menjadi lebih bergairah.
'Booming' batu akik ini adalah fenomena rakyat yang tanpa disadari dapat menggerakkan ekonomi rakyat menjadi lebih baik," kata Fadli Zon di sela pameran batu akik di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta.
Menurut Fadli Zon, DPR RI memberikan apresiasi pada "booming" batu akik yang sampai saat ini relatif banyak warga yang meminati batu tersebut.
"Booming" batu akik ini, kata dia, dapat mengurangi beban rakyat dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang melambat saat ini.
Pameran batu akik yang diselenggarakan di Gedung Nusantara DPR RI, 8--12 Juni 2015, mamamerkan dan menjual sekitar 1.500 batu akik.
Menurut Fadli Zon, pameran itu tdak diselenggarakan oleh DPR RI, tetapi panitia perorangan. Pada pameran batu akik tersebut, Fadli Zon memamerkan sekitar 100 unit batu akik yang sudah berbentuk cincin dari koleksi pribadinya.
Sementara itu, di Kota Jambi, hampir setiap bulan ada pameran batu akik yang lokasinya berpindah-pindah. Setiap pameran, pedagang mengaku meraih banyak keuntungan dari perdagangan batu itu.
Tidak hanya pedagang, penjual jasa asah batu akik juga mengaku meraih banyak keuntungan setiap pameran. Jasa asah batu akik itu bervariasi dari Rp25 ribu untuk cincin dan Rp40 ribu berbentuk liontin.
Para peserta pemeran batu akik di Kota Jambi itu tidak hanya dari lokal, tetapi juga ada yang datang dari jauh, seperti Padang (Sumbar) hingga Aceh.
Azhar, pedagang batu akik dari Aceh mengaku sengaja ikut pameran pada "Jambi Expo" 2015 dengan membawa cukup banyak bahan berbagai jenis, seperti cincin, gelang, dan liontin.
"Kami membawa barang dari batu giok Aceh, dan jenis black jade yang memang khas batu akik asal Aceh. Alhamdulillah, permintaan banyak selama pameran ini," kata pria asal Kabupaten Pidie itu.
Beragama nama baku akik nusantara yang kerap meramaikan pameran di Jambi, misalnya jenis batu bacan (Maluku), sisik naga enrekang (Sulawesi Selatan), black opal Kalimaya (Banten), dan pancawarna edong (Garut).
Selain itu, juga ada batu akik red raflesia (Bengkulu), giok Aceh, dan giok Sungai Dareh (Sumbar), serta sungkai Merangi (Jambi).
Pasar Batu Akik
Sementara itu, para pengrajin dan pedagang meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi untuk membangun pusat perdagangan batu akik yang representatif.
"Selama ini, kami berdagang di kaki lima dan lokasinya juga berpencar-pencar. Kami berharap ada satu kawasan perdagangan batu akik di Jambi," kata Frans, pengrajin batu akik di Kota Jambi.
Apalagi, kata dia, perdagangan batu akik telah menjadi salah satu sumber ekonomi atau pendapatan bagi masyarakat, khususnya di Kota Jambi.
"Kalau hari-hari biasa, saya membuka dagangan di pinggir jalan kawasan kompleks kuburan. Setiap harinya, terutama pada sore hari, jalanan terkadang jadi macet karena banyaknya pengunjung yang membeli bahan batu akik," katanya.
Munculnya banyak pedagang, kata Frans, telah membuka lapangan pekerjaan hingga ke daerah-daerah. Misalnya, kawasan sumber bahan batu akik itu.
"Tidak hanya itu, dengan adanya perdagangan batu, kini telah sudah bermunculan usaha jasa pengasah. Itu tentunya sudah membantu pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat," kata Putra, pengrajin lainnya.
Selama ini, kata dia, para pedagang dan pengrajin juga dapat kesempatan untuk bisa berkumpul jika adanya pameran batu akik di Jambi.
"Di lokasi pameran, kita bisa mengetahui tentang banyaknya pedagang atau pengrajin di Jambi. Jadi, kami bisa saling berinteraksi di arena pameran," kata Putra.
Para pedagang tidak hanya menggelar baku akik asal Jambi, tetapi juga didatangkan dari provinsi lain, seperti Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan.
Harapan pedagang itu ibarat gaung bersambut menyusul pernyataan Pemkot Jambi yang akan membangun pusat perdagangan batu akik, atau seiring dengan makin tingginya animo masyarakat daerah itu terhadap batu akik.
"Kami merencanakan pembangunan pusat perdagangan batu akik di kawasan eks lokalisasi Payo Sigadung atau Pucuk," kata Wali Kota Jambi Sy Fasha.
Ia mengatakan bahwa Pemerintah Kota Jambi tengah berupaya melakukan pembebasan lahan di eks lokalisasi terbesar di Jambi itu.
"Di samping saya akan menjadikan eks lokalisasi itu untuk dibangun 'Islamic Center'. Saya juga tawarkan kalau mereka mau dibangun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batu akik," kata Fasha saat meninjau pameran batu akik dalam rangka HUT Kota Jambi.
Jika pedagang batu akik benar-benar mau, kata Fasha, pemkot setempat akan mengupayakan segera membangun pusat perdagangan batu di tempat tersebut.
"Kalau pedagang mau kami bangun di sana nanti. Sekarang ini, kami lagi mengupayakan pembebasan lahannya. Jadi, eks lokalisasi itu tetap dijadikan 'Islamic Center'. Namun, ada penambahan rencana, yakni membangun pusat penjualan batu akik," katanya.
Dalam menyambut HUT Kota Jambi, Dinas Pariwisata juga menggelar pameran dan kontes batu akik se-Sumatera.
Fasha keika membuka langsung pameran itu terlihat terkesan dengan batu-batu yang ada di arena pameran tersebut. Dia pun mendatangi satu per satu anjungan batu akik.
Di arena pameran, semua jenis batu akik dipamerkan dan dijual dengan harganya sesuai dengan jenis, kualitas, dan asal batu itu sendiri.
Namun, batu jenis Sungkai asal Kabupaten Merangin Jambi, memegang rekor harga tertinggi, batu berbentuk bongkahan yang sudah diasah hingga mengkilap itu dijual dengan harga Rp100 juta.
Pembeli batu akik jika membeli batu di lokasi itu seperti tidak akan tertipu dengan batu palsu sebab dipameran tersebut juga disediakan uji laboratorium. Jika pembeli ragu, dapat langsung mengecek batu tersebut di laboratorium yang tersedia.