Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Rabu, mengatakan bangkai gajah tersebut berjenis kelamin jantan berusia antara 10 hingga 12 tahun. Bangkai gajah tersebut ditemukan masyarakat pada Minggu (20/2) pukul 17.00 WIB.
"Temuan bangkai gajah tersebut berdasarkan laporan masyarakat. Dari laporan tersebut, tim BKSDA Aceh bersama kepolisian dan mitra serta masyarakat mendatangi lokasi bangkai gajah tersebut," kata Agus Arianto.
Agus Arianto mengatakan hasil nekropsi tim medis hewan BKSDA ditemukan sepasang gading masih utuh dengan ukuran panjang 66 centimeter, diameter 19 centimeter serta lingkaran pangkal 22 centimeter.
Selain itu, kata Agus Arianto, kematian gajah jantan tersebut diperkirakan hari dengan kondisi bangkai sudah membusuk. Pada bangkai ditemukan bekas luka tusukan gading di bagian dada, dekat mata, perut, dan pangkal paha.
"Dugaan sementara, kematian akibat perkelahian sesama gajah liar. Hasil olah tempat kejadian, tidak ditemukan adanya hal benda-benda mencurigakan. Lokasi temuan gajak di kawasan hutan produksi yang merupakan habitat gajah," kata Agus Arianto.
Berdasarkan nekropsi secara makroskopis, kata Agus Arianto, dugaan sementara kematian gajah liar tersebut disebabkan kejadian alami yakni perkelahian sesama gajah jantan. Untuk memperkuat dugaan tersebut, beberapa sampel organ vital dibawa untuk uji laboratorium.
Agus Arianto mengatakan gajah sumatra merupakan satwa liar dilindungi undang-undang. Berdasarkan daftar satwa liar di dunia, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatra yang terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian satwa liar, khusus gajah sumatra dengan cara merusak hutan yang merupakan habitatnya, membunuh, dan praktik lainnya yang menyebabkan kematian gajah.
"Kami mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi masyarakat maupun para pihak yang melaporkan serta membantu dan mendukung proses penanganan temuan bangkai gajah liar tersebut," kata Agus Arianto.