Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan pelayanan terbaik kepada korban yang dirawat di rumah sakit karena kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).
“Saya meminta Menteri Kesehatan (Menkes) dan Gubernur Jawa Timur untuk memonitor khusus pelayanan medis bagi korban yang sedang dirawat di rumah sakit agar mendapatkan pelayanan terbaik,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Jokowi juga memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, dan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraan pertandingan tersebut.
Secara khusus, Jokowi meminta Kapolri untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan yang berdasarkan data saat ini telah menewaskan 129 orang tersebut.
“Untuk itu, saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” kata Jokowi.
Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan. Dia sangat menyesalkan terjadinya kericuhan setelah pertandingan Liga 1 antara Arema dan Persebaya. Dia juga berharap tragedi tersebut adalah yang terakhir kali dalam era sepak bola di Tanah Air.
“Sportivitas, rasa kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa harus terus kita jaga bersama,” kata Presiden.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, bermula saat ribuan pendukung Arema masuk ke area lapangan setelah klub kebanggaan mereka, Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3. Di saat yang sama, para pemain dan ofisial Persebaya telah meninggalkan Stadion Kanjuruhan dengan menggunakan empat mobil barakuda.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam keterangan pers, Minggu dini hari, mengatakan pendukung Arema merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Menurut Nico, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," kata Nico.