Selain itu, Faizun juga mengingatkan perlunya penelitian tambahan untuk mengetahui pekerjaan yang kemungkinan besar diotomatisasi di masa mendatang dan antisipasi dari sisi penguatan sumber daya manusia.
"Sekitar setengah dari semua bisnis telah mulai mengadopsi beberapa bentuk AI ke dalam operasi mereka untuk mengotomatiskan proses, memangkas biaya, dan mengurangi staf," ujarnya.
Ia pun memproyeksikan profesi yang di masa mendatang yang kemungkinan akan tergerus oleh keberadaan teknologi AI atau robot adalah pekerjaan dengan tugas rutin dan perintah berulang.
"Seperti penerjemah, paralegal, pegawai negeri di tingkat birokrat atau administrasi, pekerja pabrik untuk produk noncustomized," kata ahli keamanan siber ini.
Baca juga: CEO Meta Mark Zuckeberg beberkan proyek AI terbaru sambut metaverse
Sementara profesi di masa depan yang mampu bertahan atau kemungkinan kecil digantikan oleh AI adalah pekerjaan yang memiliki banyak kreativitas atau proses peningkatan, seperti artis, dokter atau politisi.
Selain itu, para pembuat kebijakan pemerintah, ilustrator, analis, serta pekerjaan yang bertindak out of the box dan memiliki intuisi yang tak dapat dilihat oleh AI juga dapat bertahan kedepannya.
Kemudian, terdapat juga profesi yang dapat beradaptasi dengan AI, antara lain Data Scientist, Machine Learning Specialist, Big Data dan Analytical Specialist dan profesi lainnya, seperti akuntan, auditor serta spesialis keamanan informasi.
"Mengapa profesi ini dapat berjuang dan memenangkan masa depan? AI dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan karier karena mereka adalah pengadopsi awal dan pengguna berat teknologi AI," ujarnya.
Baca juga: Huawei Indonesia perkenalkan arsitektur "Intelligent Twins"