Aceh Timur (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Timur mencatat penderita HIV (human immunodeficiency virus) atau orang yang terinfeksi virus menyerang kekebalan tubuh di kabupaten mencapai 14 kasus pada 2024
"Terhitung sejak Januari hingga Desember 2024 ada 14 kasus penderita HIV. Kasus HIV ini mengalami peningkatan signifikan karena pada 2023 hanya sebanyak enam kasus," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Aceh Timur Sondang Bandyani di Aceh Timur, Senin.
Ia menyebutkan dari 14 kasus tersebut dua orang dilaporkan meninggal dunia. Sedangkan selebihnya sebanyak 12 penderita masih menjalani pengobatan di rumah sakit di Kabupaten Aceh Timur.
"Ke-14 penderita yang terinfeksi HIV tersebut, di antaranya 10 kasus dialami laki-laki dan empat lainnya merupakan perempuan. Mereka saat ini menjalani pengobatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Aceh Timur," kata Sondang Bandyani.
Sondang Bandyani mengatakan bahwa secara umum kasus HIV merupakan tahap awal dari penyakit AIDS. HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga daya tahan tubuh pasien akan melemah dan rentan diserang berbagai penyakit.
Apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat, HIV akan berkembang menjadi AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Pasien yang terpapar AIDS akan mengalami kondisi di mana tubuh tidak mampu melawan infeksi yang ditimbulkan. Dengan kata lain AIDS adalah stadium akhir dari Infeksi HIV.
Baca: Temukan Delapan Kasus HIV/AIDS, Pemkab Abdya komit tingkatkan kesadaran masyarakat
"Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui berbagai penyebab dan pencegahan HIV. Hal ini dilakukan agar dapat melakukan tindakan preventif dan menjauhi segala hal yang dapat membuat kita terpapar HIV dan AIDS," katanya.
Menurut Sondang Bandyani, peningkatan kasus HIV di Aceh Timur menjadi alarm bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengobatan yang tepat demi melindungi generasi masa depan.
Upaya pencegahan dini terhadap HIV, kata dia, dilakukan dengan edukasi terkait penularan hingga pengobatan HIV/AIDS kepada masyarakat agar proses penularan tidak terus berlanjut.
Meskipun demikian, pihaknya berharap masyarakat juga setia dan menghindari berganti-ganti pasangan, menghindari penggunaan segala jenis narkotika, terutama yang melalui jarum suntik.
"Deteksi dini melalui tes HIV rutin juga menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran virus ini," katanya.
Begitu juga dengan ibu hamil yang terinfeksi HIV, pengobatan antiretroviral (ARV) wajib dilakukan untuk mencegah penularan kepada bayi. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV sepenuhnya, terapi ARV terbukti efektif dalam menekan perkembangan virus dan menjaga kualitas hidup pasien.
"Tidak perlu malu dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala HIV/AIDS seperti pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa bagian tubuh hingga penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, agar bisa mendapatkan penanganan tepat," kata Sondang Bandyani.
Baca: Penderita HIV/AIDS di Banda Aceh capai 441 kasus hingga 2024