Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat, ditopang sentimen potensi penundaan tapering atau pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed).
Rupiah dibuka menguat 8 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.215 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.223 per dolar AS.
"Rupiah mungkin masih bisa menguat terhadap dolar AS dengan memanfaatkan momentum penguatannya kemarin," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut Ariston, sentimen potensi penundaan tapering karena data tenaga kerja AS yang belum seperti yang diharapkan, masih menjadi pendorong pelemahan dolar AS.
"Selain itu, membaiknya kondisi COVID-19 dan pelonggaran aktivitas perekonomian di Indonesia, juga membantu mengangkat nilai tukar rupiah," ujar Ariston.
Dari domestik, jumlah kasus harian COVID-19 pada Senin (6/9) bertambah 4.413 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,13 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 612 kasus sehingga totalnya mencapai 136.473 kasus. Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 13.049 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 3,85 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 146.271 kasus.
Terkait vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 67,16 juta orang dan vaksin dosis kedua 38,47 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke kisaran Rp14.180 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS dengan potensi resisten Rp14.260 per dolar AS.
Pada Senin (6/9) kemarin, rupiah ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.223 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.263 per dolar AS.
Kurs rupiah menguat ditopang sentimen potensi penundaan tapering
Selasa, 7 September 2021 10:33 WIB