Banda Aceh (ANTARA) - Rerumputan liar tumbuh subur di lokasi jalan masuk Nurul Arafah Islamic Center (NAIC), Kota Banda Aceh. Ada empat bangunan bercat putih dan biru yang telah berdiri di atas lahan yang digadang-gadang sebagai pusat zikir terbesar se-Asia Tenggara itu. Kondisinya terbengkalai setelah tersandung korupsi penyalahgunaan anggaran.
Beberapa bagian bangunan hasil buah pikiran proyek ambisius mantan Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman ini bahkan mulai mengalami kerusakan, padahal sama sekali belum pernah difungsikan. Cat putih pada dinding tampak mulai memudar hingga mengelupas menampilkan kembali warna asli bangunan.
Plafon yang terdapat pada langit-langit bangunan juga tampak bocor menyebabkan air merembes ke lantai dan mengubah keramik yang semula berwarna putih menjadi hijau akibat ditumbuhi lumut dari air yang tergenang. Kotoran hewan yang memenuhi lantai semakin memburuk kondisi bangunan ini.
Pada Kamis, 28 Maret 2024, tim investigasi KJI mengunjungi lokasi proyek yang terbengkalai ini. Menurut pengakuan salah seorang warga sekitar, lokasi lahan zikir NAIC sudah lama tidak ada aktivitas sejak selesai empat bangunan tersebut.
“Bangunannya sudah siap, tukangnya pulang,” katanya kepada tim KJI.
Baca juga: BREAKING NEWS - Kadis PUPR Banda Aceh ditangkap polisi terkait kasus korupsi lahan zikir Ulee Lheue
Warga gampong sudah diberi informasi tentang rencana pembangunan proyek NAIC sejak tahun 2018. Bangunan yang sudah berdiri itu direncanakan akan dimanfaatkan sebagai Banda Aceh Business Center atau gedung serbaguna, sedangkan untuk lahan zikir akan didirikan di sisi pantai.
Warga awalnya menyambut antusias rencana pembangunan lahan zikir NAIC. Apalagi, ada iming-iming lokasi tersebut akan meningkatkan perekonomian warga setempat. Namun, kini mereka hanya pasrah melihat empat bangunan kosong tanpa kejelasan fungsi, sementara rencana utama pembangunan zikir center di lautan tak pernah terealisasi.
Sebelum pembangunan dimulai, lahan milik warga setempat dibebaskan dengan proses yang menimbulkan pro dan kontra. Sebagian warga menolak pindah karena merasa terikat dengan tempat tinggal mereka.
“Sebagian warga tidak ingin pindah dari lokasi, sebagian yang sudah memiliki rumah di lokasi lain sukarela lahannya dibeli,” katanya.
Halaman selanjutnya: mega proyek
Balada korupsi di tanah zikir Nurul Arafah Banda Aceh
Oleh Nurul Hasanah Rabu, 2 Oktober 2024 21:26 WIB