Perth (ANTARA Aceh) - Kepolisian Thailand tengah menangkap 43 orang dan menyita jutaan dolar dalam bentuk kekayaan di kawasan bernama Satun, yang diyakini terkait dengan gembong penyelundup manusia Pajjuban Angchotipon, kata harian "The Australian".
Di Hat Yai, Jumat, polisi membawa sepupu Pajjuban, Posia Angchotipon, ketua perhimpunan pariwisata Koh Lipe, bersama delapan orang, yang menyerahkan diri pada Rabu.
"The Australian", Jumat, melaporkan Posia mengendalikan loka wisata di Koh Lipe, pulau dekat dengan perbatasan Malaysia, Thailand, tempat sebuah perahu berisi 400 warga Rohingya dan Bengali ditemukan pada pekan lalu.
Angkatan Laut Thailand mendorong perahu itu menuju Indonesia, yang kemudian diselamatkan nelayan Aceh pada Rabu dinihari.
Posia adalah anggota wangsa Angchotipon, yang menguasai usaha di Satun dan polisi menuding jejaring penyelundupan manusia dilakukan mereka terhadap ribuan pekerja rantau, yang datang secara gelap dari Bangladesh dan Myanmar, untuk kemudian dikirim dalam keadaan mengenaskan ke Malaysia dan pasar gelap di sana.
Kepada Reuters, Roshida (25), janda yang dibebaskan dari pantai Thailand dan dikembalikan ke kampung pengungsi di luar Sittwe, Myanmar, mengaku menjual semuanya untuk meninggalkan Myanmar pada tiga bulan lalu. Ia meninggalkan kampung pengungsi di Say Tha Mar Gyi, Myanmar, itu beserta dua putranya, yang masih kecil dan seorang bayi perempuan berusia 9 bulan.
Gembong penyelundupan manusia di Thailand, Pajjuban (54) menyerahkan diri kepada polisi di Bangkok pada hari Rabu setelah buron selama satu pekan.
Mantan pegawai negeri di tingkat provinsi itu membantah semua tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Pria yang juga dikenal dengan nama Ko (abang) Teong ini menghadapi tiga tuduhan utama: konspirasi perdagangan manusia, membantu migran illegal, dan menyekap orang dengan ilegal dengan tujuan mendapat uang tebusan.
Aset yang disita polisi Thailand meliputi hotel dan beberapa properti, lima perahu termasuk sebuah perahu mewah dengan panjang 40 meter, sebuah mobil Mercedes, senjata api dan amunisi.
Di Hat Yai, Jumat, polisi membawa sepupu Pajjuban, Posia Angchotipon, ketua perhimpunan pariwisata Koh Lipe, bersama delapan orang, yang menyerahkan diri pada Rabu.
"The Australian", Jumat, melaporkan Posia mengendalikan loka wisata di Koh Lipe, pulau dekat dengan perbatasan Malaysia, Thailand, tempat sebuah perahu berisi 400 warga Rohingya dan Bengali ditemukan pada pekan lalu.
Angkatan Laut Thailand mendorong perahu itu menuju Indonesia, yang kemudian diselamatkan nelayan Aceh pada Rabu dinihari.
Posia adalah anggota wangsa Angchotipon, yang menguasai usaha di Satun dan polisi menuding jejaring penyelundupan manusia dilakukan mereka terhadap ribuan pekerja rantau, yang datang secara gelap dari Bangladesh dan Myanmar, untuk kemudian dikirim dalam keadaan mengenaskan ke Malaysia dan pasar gelap di sana.
Kepada Reuters, Roshida (25), janda yang dibebaskan dari pantai Thailand dan dikembalikan ke kampung pengungsi di luar Sittwe, Myanmar, mengaku menjual semuanya untuk meninggalkan Myanmar pada tiga bulan lalu. Ia meninggalkan kampung pengungsi di Say Tha Mar Gyi, Myanmar, itu beserta dua putranya, yang masih kecil dan seorang bayi perempuan berusia 9 bulan.
Gembong penyelundupan manusia di Thailand, Pajjuban (54) menyerahkan diri kepada polisi di Bangkok pada hari Rabu setelah buron selama satu pekan.
Mantan pegawai negeri di tingkat provinsi itu membantah semua tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Pria yang juga dikenal dengan nama Ko (abang) Teong ini menghadapi tiga tuduhan utama: konspirasi perdagangan manusia, membantu migran illegal, dan menyekap orang dengan ilegal dengan tujuan mendapat uang tebusan.
Aset yang disita polisi Thailand meliputi hotel dan beberapa properti, lima perahu termasuk sebuah perahu mewah dengan panjang 40 meter, sebuah mobil Mercedes, senjata api dan amunisi.