Banda Aceh (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Taqwallah mengingatkan dampak yang serius dan berbahaya jika capaian vaksinasi di Aceh tertinggal jauh dari daerah lain di Indonesia.
“Jika capaian vaksinasi terlalu rendah maka kekebalan kelompok atau herd immunity yang diharapkan muncul bisa saja tidak akan terwujud,” kata Sekda Aceh di Bireuen, Selasa, dalam pertemuan dengan para keuchik/kepala desa, camat dan kepala Puskesmas se Aceh yang digelar secara marathon dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya sejak dua pekan terakhir.
Ia menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan mengevaluasi pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dan pengelolaan dana desa.
“Jika daerah kita tertinggal dalam hal vaksinasi, sementara daerah lain berhasil, maka bisa jadi kita akan tetap hidup dalam bayang-bayang pandemi COVID-19,” kata Taqwallah.
Taqwallah menyebutkan capaian vaksinasi di Aceh masih berada di angka 33 persen. Capaian itu disebut masih rendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Sekda Aceh tersebut mengajak seluruh keuchik terlibat aktif dalam menyukseskan vaksinasi di tingkat gampong sebagai ikhtiar mengakhiri pandemi ini.
Para keuchik juga diajak untuk melakukan pendekatan yang lebih aktif di tingkat gampong guna meyakinkan warga agar bersedia divaksin.
Taqwallah juga mengajak para keuchik untuk merangkul warga yang selama ini belum menjalani vaksinasi agar segera melakukannya sebagai upaya mencapai kekebalan kelompok demi mengakhiri situasi pandemi COVID-19.
“Saya juga meminta keuchik untuk mendata warga guna memudahkan vaksinasi COVID-19. Pendataan ini juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi warga yang sudah divaksin dan yang belum menjalani vaksinasi, termasuk untuk mengetahui warga yang memang tidak boleh divaksin berdasarkan keterangan dokter,” katanya.
Ia menambahkan bagi warga yang belum divaksin agar dilakukan pendekatan, berikan pemahaman tentang bahaya pandemi dan pentingnya vaksinasi sebagai usaha untuk mengakhiri pandemi ini.
“Sosialisasi yang paling efektif di tengah masyarakat adalah melalui pendekatan yang lembut dengan menyesuaikan karakter dan budaya lokal di masing-masing daerah,” katanya.