Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lhokseumawe memprediksi cuaca di Provinsi Aceh selama bulan Ramadhan panas, karena sudah memasuki musim kemarau, sehingga umat Islam perlu mewaspadainya.
Prakirawan BMKG Lhokseumawe Syifaul Fuad di Lhokseumawe, Selasa mengatakan, secara umum wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau dan posisi matahari berada di utara Khatulistiwa sehingga panasnya lebih menyengat.
"Saat ini wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau, namun bedanya panas lebih menyengat akibat matahari sedang berada di utara Khatulistiwa," ujar Syifaul Fuad.
Syifaul menambahkan, suhu udara umumnya untuk wilayah Aceh mencapai 33 derajat celcius, bahkan pada bulan Mei lalu suhu udara pernah tercatat 34,8 derajat celsius.
Apabila suhu udara sudah melebihi 33 derajat celsius maka sudah termasuk cuaca ekstrem.
Meskipun wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau, bukan berarti tidak terjadinya hujan, hanya saja intensitas hujan menjadi berkurang dan durasinya tidak menentu.
"Meskipun kemarau bukan berarti tidak ada hujan, hanya hujan dalam intensitas sedang dan ringan," tutur Syifaul.
Tambahnya, puncak panas tersebut biasanya terjadi pada pukul 14.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, semakin panas suhu udara maka tingkat radiasi ultraviolet semakin tinggi.
Musim kemarau tersebut diperkirakan berlangsung sampai bulan Juli, saat memasuki bulan Agustus maka terjadi peralihan musim, yaitu dari musim kemarau ke musim penghujan dan bulan September memasuki ke musim penghujan.
BKMG Lhokseumawe menghimbau masyarakat jangan terlalu banyak melakukan aktifitas di luar ruangan, karena bisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dan untuk menghindari radiasi ultra violet.
"Apabila tidak ada aktifitas yang penting maka lebih baik berada di rumah saja, karena saat ini posisi matahari tepat berada di atas kita, yaitu di lintang utara khatulistiwa," katanya.
Prakirawan BMKG Lhokseumawe Syifaul Fuad di Lhokseumawe, Selasa mengatakan, secara umum wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau dan posisi matahari berada di utara Khatulistiwa sehingga panasnya lebih menyengat.
"Saat ini wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau, namun bedanya panas lebih menyengat akibat matahari sedang berada di utara Khatulistiwa," ujar Syifaul Fuad.
Syifaul menambahkan, suhu udara umumnya untuk wilayah Aceh mencapai 33 derajat celcius, bahkan pada bulan Mei lalu suhu udara pernah tercatat 34,8 derajat celsius.
Apabila suhu udara sudah melebihi 33 derajat celsius maka sudah termasuk cuaca ekstrem.
Meskipun wilayah Aceh sudah memasuki musim kemarau, bukan berarti tidak terjadinya hujan, hanya saja intensitas hujan menjadi berkurang dan durasinya tidak menentu.
"Meskipun kemarau bukan berarti tidak ada hujan, hanya hujan dalam intensitas sedang dan ringan," tutur Syifaul.
Tambahnya, puncak panas tersebut biasanya terjadi pada pukul 14.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, semakin panas suhu udara maka tingkat radiasi ultraviolet semakin tinggi.
Musim kemarau tersebut diperkirakan berlangsung sampai bulan Juli, saat memasuki bulan Agustus maka terjadi peralihan musim, yaitu dari musim kemarau ke musim penghujan dan bulan September memasuki ke musim penghujan.
BKMG Lhokseumawe menghimbau masyarakat jangan terlalu banyak melakukan aktifitas di luar ruangan, karena bisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dan untuk menghindari radiasi ultra violet.
"Apabila tidak ada aktifitas yang penting maka lebih baik berada di rumah saja, karena saat ini posisi matahari tepat berada di atas kita, yaitu di lintang utara khatulistiwa," katanya.