Langsa (ANTARA Aceh) - Koordinator Divisi Litbang Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Rumoh Aceh, Dely Novrizal mengatakan ke depan Provinsi Aceh membutuhkan pemimpin muda.
Hal itu dikatakannya terkait persiapan provinsi paling ujung pulau sumatera itu dalam menghadapi Pilkada yang meski baru dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang.
"Aceh kini membutuhkan pemimpin muda. Perlu terobosan baru, keberanian dan kerja cepat untuk membangun Aceh masa depan," kata Dely di Langsa, Senin (27/7).
Dalam pandangannya, selama dua periode kepemimpinan Aceh dipimpin oleh pemimpin yang usianya di atas 40 tahun. Apa lagi gubernur saat ini sudah terbilang berumur senja jika tak elok disebut tua.
Usia yang menua, lanjut Dely, membuat lamban dalam mengambil keputusan dan memimpin laju pemerintahan. Padahal, ia melihat program pembangunan Aceh yang tertera pada visi dan misi gubernur dan wakil gunernur terbilang 'tancap gas'.
"Progran bagus tapi eksekusinya lamban. Itu bisa faktor usia pemimpinnya ya," ucap dia.
Ditambahkan, laju pertumbuhan ekonomi Aceh juga stagnan karena lambannya proses pembangunan yang berjalan. Selain itu, minimnya daya serap anggaran pendapatan belanja daerah juga salah satu indikator yang harua dioptimalkan pemerintah Aceh saat ini.
Untuk itu, dia merasa sudah saatnya Aceh dipimpin oleh kaum muda. Agar semangat pembangunan dan capaian program bisa selaras dengan kinerja kaula muda yang terbilang lebih agresif.
"Pilkada nanti, momentum anak muda tampil sebagai pemimpin. Lebih bagus jadi gubernur karena semangat muda perlu dalam membangun terlebih kinerja yang profesional dan agresif," pungkasnya.
Banyak kader muda di Aceh, sambung Dely, yang pantas maju sebagai pemimpin masa depan. Misalnya, senator asal Aceh yang kini berada di DPD RI seperti Rafly dan Fachrul Razi.
Juga anggota parlemen di senayan yang berasal dari Aceh, sebut saja Nasir Djamil dan Muslim yang memang kenyang asam garam politik dan pemerintahan di DPR RI.
"Rafli dan Fachrul Razi itu dua senator muda. Bisa sebagai wakil gubernur misalnya. Atau politisi PKS Nasir Djamil dan anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Muslim juga bagus dan kuat komitmennya membangun Aceh," papar Dely.
Selain itu, Wakil Gubernur Aceh saat ini Muzakir Manaf juga masuk katagori pemimpin muda. Mualem sapaan Muzakir dinilai punya kans untuk memimpin Serambi Mekkah tahun 2017-2022 mendatang.
Hanya saja, menurut Dely, perlu pendamping yang tepat sebagai wakil gubernurnya. Bisa saja dari kalangan birokrat atau pengusaha muda.
Adapula nama mantan aktivis mahasiswa di zaman reformasi dan pergerakan referendum dahulu seperti Kautsar M Yus yang kini sebagai anggota DPR Aceh. Terus T Irwan Johan yang juga wakil ketua DPR Aceh. Nama Aguswandi juga merupakan tokoh muda disamping TM Jafar dan Soraya Kamaruzzaman.
Dely belum melihat ada keinginan kuat dari aktivis muda Aceh itu untuk maju pada Pilkada mendatang. Apakah sebagai gubernur atau bupati dan walikota.
Padahal, mereka itu semua punya kans dan sangat berkonstribusi untuk Aceh. "Tokoh aktivis muda masih belum mengarah ke sana (Pilkada). Seharusnya sudah layak dan pantas," tuturnya.
Dari sekian nama aktivis muda tadi, Dely hanya bisa melihat T Irwan Johan yang mulai pasang ancang-ancang ke ranah calon wakil gubernur. "Belum pasti, tapi kemungkinan menjadi pendamping," prediksi Dely
"Intinya Aceh ke depan dipimpin orang muda. Yang punya visi dan misi serta komitmen membangun Aceh dari segala aspek. Terlebih mampu mendongkrak taraf perekonomian masyarakat yang baru bangkit pasca konflik dan tsunami," tandasnya.
Hal itu dikatakannya terkait persiapan provinsi paling ujung pulau sumatera itu dalam menghadapi Pilkada yang meski baru dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang.
"Aceh kini membutuhkan pemimpin muda. Perlu terobosan baru, keberanian dan kerja cepat untuk membangun Aceh masa depan," kata Dely di Langsa, Senin (27/7).
Dalam pandangannya, selama dua periode kepemimpinan Aceh dipimpin oleh pemimpin yang usianya di atas 40 tahun. Apa lagi gubernur saat ini sudah terbilang berumur senja jika tak elok disebut tua.
Usia yang menua, lanjut Dely, membuat lamban dalam mengambil keputusan dan memimpin laju pemerintahan. Padahal, ia melihat program pembangunan Aceh yang tertera pada visi dan misi gubernur dan wakil gunernur terbilang 'tancap gas'.
"Progran bagus tapi eksekusinya lamban. Itu bisa faktor usia pemimpinnya ya," ucap dia.
Ditambahkan, laju pertumbuhan ekonomi Aceh juga stagnan karena lambannya proses pembangunan yang berjalan. Selain itu, minimnya daya serap anggaran pendapatan belanja daerah juga salah satu indikator yang harua dioptimalkan pemerintah Aceh saat ini.
Untuk itu, dia merasa sudah saatnya Aceh dipimpin oleh kaum muda. Agar semangat pembangunan dan capaian program bisa selaras dengan kinerja kaula muda yang terbilang lebih agresif.
"Pilkada nanti, momentum anak muda tampil sebagai pemimpin. Lebih bagus jadi gubernur karena semangat muda perlu dalam membangun terlebih kinerja yang profesional dan agresif," pungkasnya.
Banyak kader muda di Aceh, sambung Dely, yang pantas maju sebagai pemimpin masa depan. Misalnya, senator asal Aceh yang kini berada di DPD RI seperti Rafly dan Fachrul Razi.
Juga anggota parlemen di senayan yang berasal dari Aceh, sebut saja Nasir Djamil dan Muslim yang memang kenyang asam garam politik dan pemerintahan di DPR RI.
"Rafli dan Fachrul Razi itu dua senator muda. Bisa sebagai wakil gubernur misalnya. Atau politisi PKS Nasir Djamil dan anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Muslim juga bagus dan kuat komitmennya membangun Aceh," papar Dely.
Selain itu, Wakil Gubernur Aceh saat ini Muzakir Manaf juga masuk katagori pemimpin muda. Mualem sapaan Muzakir dinilai punya kans untuk memimpin Serambi Mekkah tahun 2017-2022 mendatang.
Hanya saja, menurut Dely, perlu pendamping yang tepat sebagai wakil gubernurnya. Bisa saja dari kalangan birokrat atau pengusaha muda.
Adapula nama mantan aktivis mahasiswa di zaman reformasi dan pergerakan referendum dahulu seperti Kautsar M Yus yang kini sebagai anggota DPR Aceh. Terus T Irwan Johan yang juga wakil ketua DPR Aceh. Nama Aguswandi juga merupakan tokoh muda disamping TM Jafar dan Soraya Kamaruzzaman.
Dely belum melihat ada keinginan kuat dari aktivis muda Aceh itu untuk maju pada Pilkada mendatang. Apakah sebagai gubernur atau bupati dan walikota.
Padahal, mereka itu semua punya kans dan sangat berkonstribusi untuk Aceh. "Tokoh aktivis muda masih belum mengarah ke sana (Pilkada). Seharusnya sudah layak dan pantas," tuturnya.
Dari sekian nama aktivis muda tadi, Dely hanya bisa melihat T Irwan Johan yang mulai pasang ancang-ancang ke ranah calon wakil gubernur. "Belum pasti, tapi kemungkinan menjadi pendamping," prediksi Dely
"Intinya Aceh ke depan dipimpin orang muda. Yang punya visi dan misi serta komitmen membangun Aceh dari segala aspek. Terlebih mampu mendongkrak taraf perekonomian masyarakat yang baru bangkit pasca konflik dan tsunami," tandasnya.