Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Para petani di Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Selatan, kewalahan menjaga ratusan hektare tanaman padi mereka yang menunggu panen dari ancaman hama burung.
"Kami petani terpaksa harus menjaga sawah pagi dan sore, namun serangan hama burung kian menjadi-jadi," kata Idris (52), seorang petani di Kemukiman Trieng Meuduro Baroh, Kecamatan Sawang, Selasa.
Ribuan ekor burung pipit menyerang bulir-bulir padi yang mulai menguning. Hama burung itu datang secara berkelompok. Bukan hanya memakan bulir, tangkai padi turut dipatahkan.
Kejadian itu membuat petani kecewa karena akan berpengaruh kepada menurunnya hasil panen, padahal tanaman padi tahun ini di Kemukiman Trieng Meuduro tergolong sangat subur dan bagus, katanya.
"Kelihatannya tanaman padi tahun ini jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kami menerapkan pola penanaman serentak agar produksi padi meningkat. Namun hama burung datang memberangus bulir-bulir padi pada saat hendak menguning. Kondisi ini mengancam keberhasilan petani dan akan mengurangi hasil panen," ujarnya.
Menurutnya, hama burung terlalu cepat memakan bulir padi, dengan sekejab saja bulir padi menjadi kosong. Mengantisipasi gangguan tersebut, masyarakat memasang mainan plastik yang memantulkan cahaya di areal persawahan.
"Bahkan sebagian petani yang memiliki modal memasang jaring untuk membendung serangan burung," kata Sekretaris Kecamatan Sawang, Fadli.
Padahal, sambungnya, dengan telah dicetuskannya program Ketahanan Pangan oleh Presiden Jokowi, dengan menargetkan swasembada pangan di Tanah Air, animo masyarakat untuk menggarap sawah secara serentak sudah sangat baik.
"Namun, yang menjadi kendalanya saat ini adalah tanaman padi yang telah ditanam dalam kondisi telah menguning atau hampir panen, diserang hama burung secara meluas. Faktor ini menjadi ancaman bagi masyarakat dan perlu diberi solusi oleh pihak berkompeten agar spirit masyarakat menggarap sawahnya tidak memudar," katanya.
Menurut dia, luas areal persawahan di Kemukiman Trieng Meuduro mencapai 155 hektare, meliputi Desa Trieng Meuduro Tunong seluas 25 hektare, Trieng Meuduro Baroh 75 hektare, Sikulat 25 hektare dan Desa Panton 30 hektare.
"Serangan hama burung membuat petani padi kewalahan. Namun tidak semua sawah ditanami padi tahun ini. Sebagian kecil tidak digarap karena berbagai alasan," kata dia menambahkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perternakan Aceh Selatan Yulizar menyebutkan, untuk mengantisipasi serangan hama burung terhadap tanaman padi diupayakan penanaman serentak dan menyeluruh. Membendung frekwensi serangan, petani harus memasang/menggantung CD (compact disk) di persawahan atau memasang jaring agar burung tidak bisa hinggap.
"Cahaya atau kilatan CD mampu menakutkan (menghalau) kelompok burung, sehingga hal itu dinilai berhasil untuk menghalangi burung hinggap di batang padi. Upaya lain tentunya harus menjaga dan diawasi secara rutin agar tidak kecolongan. Kiatnya, mari kita tumbuhkan semangat tanam serentak," tutur Yulizar.
"Kami petani terpaksa harus menjaga sawah pagi dan sore, namun serangan hama burung kian menjadi-jadi," kata Idris (52), seorang petani di Kemukiman Trieng Meuduro Baroh, Kecamatan Sawang, Selasa.
Ribuan ekor burung pipit menyerang bulir-bulir padi yang mulai menguning. Hama burung itu datang secara berkelompok. Bukan hanya memakan bulir, tangkai padi turut dipatahkan.
Kejadian itu membuat petani kecewa karena akan berpengaruh kepada menurunnya hasil panen, padahal tanaman padi tahun ini di Kemukiman Trieng Meuduro tergolong sangat subur dan bagus, katanya.
"Kelihatannya tanaman padi tahun ini jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kami menerapkan pola penanaman serentak agar produksi padi meningkat. Namun hama burung datang memberangus bulir-bulir padi pada saat hendak menguning. Kondisi ini mengancam keberhasilan petani dan akan mengurangi hasil panen," ujarnya.
Menurutnya, hama burung terlalu cepat memakan bulir padi, dengan sekejab saja bulir padi menjadi kosong. Mengantisipasi gangguan tersebut, masyarakat memasang mainan plastik yang memantulkan cahaya di areal persawahan.
"Bahkan sebagian petani yang memiliki modal memasang jaring untuk membendung serangan burung," kata Sekretaris Kecamatan Sawang, Fadli.
Padahal, sambungnya, dengan telah dicetuskannya program Ketahanan Pangan oleh Presiden Jokowi, dengan menargetkan swasembada pangan di Tanah Air, animo masyarakat untuk menggarap sawah secara serentak sudah sangat baik.
"Namun, yang menjadi kendalanya saat ini adalah tanaman padi yang telah ditanam dalam kondisi telah menguning atau hampir panen, diserang hama burung secara meluas. Faktor ini menjadi ancaman bagi masyarakat dan perlu diberi solusi oleh pihak berkompeten agar spirit masyarakat menggarap sawahnya tidak memudar," katanya.
Menurut dia, luas areal persawahan di Kemukiman Trieng Meuduro mencapai 155 hektare, meliputi Desa Trieng Meuduro Tunong seluas 25 hektare, Trieng Meuduro Baroh 75 hektare, Sikulat 25 hektare dan Desa Panton 30 hektare.
"Serangan hama burung membuat petani padi kewalahan. Namun tidak semua sawah ditanami padi tahun ini. Sebagian kecil tidak digarap karena berbagai alasan," kata dia menambahkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perternakan Aceh Selatan Yulizar menyebutkan, untuk mengantisipasi serangan hama burung terhadap tanaman padi diupayakan penanaman serentak dan menyeluruh. Membendung frekwensi serangan, petani harus memasang/menggantung CD (compact disk) di persawahan atau memasang jaring agar burung tidak bisa hinggap.
"Cahaya atau kilatan CD mampu menakutkan (menghalau) kelompok burung, sehingga hal itu dinilai berhasil untuk menghalangi burung hinggap di batang padi. Upaya lain tentunya harus menjaga dan diawasi secara rutin agar tidak kecolongan. Kiatnya, mari kita tumbuhkan semangat tanam serentak," tutur Yulizar.