Langsa (ANTARA Aceh) - Manager Program LSM Komunitas Rumoh Aceh, Sukma M Thaher menyatakan bentrokan antar pelajar SMKN 2 dan SMAN 1 Kota Langsa, Selasa (24/11), merupakan preseden buruk bagi dunia pendidikan di daerah itu.
"Insiden penyerangan SMAN 1 oleh siswa SMKN 2 Langsa merupakan preseden buruk. Apalagi jelang peringatan hari guru nasional. Ini harus diselesaikan secara komprehensif agar ke depan tidak ada tawuran antar sekolah manapun di Langsa," kata Sukma di Langsa, Rabu.
Dikatakan Sukma, peristiwa konflik antar siswa juga terjadi beberapa tahun lalu yang melibatkan kedua sekolah tersebut. Namun, saat itu pihak kepolisian bisa mengatasinya dan baru kembali terulang pada tahun 2015.
"SKMN 2 itu memang beberapa kali pernah bentrok dengan SMAN 1. Ini kalau tidak salah yang ketiga kali medio 2008-2015," kata dia.
Sukma berharap, kedua belah pihak melalui guru masing-masing dapat meredam potensi konflik yang dilakukan siswanya.
Apalagi, beredar kabar pemicunya adalah ikhwal pertandingan sepak bola dalam perhelatan Liga Pelajar Indonesia (LPI) yang digelar di Stadion Langsa.
"Ini memalukan dan pihak sekolah harus bisa meredam. Jangan persoalan sepele di lapangan bola menjadi pemantik berkobarnya tawuran. Polisi harus tindak provokatatornya sebagai efek jera bagi pelajar lain nantinya. Terlebih menimbulkan korban luka dan kerusakan di sekolah," katanya.
Sebelumnya, Selasa (24/11) sekira pukul 10.00 WIB, ratusan pelajar SMKN 2 menyerang SMAN 1 Langsa dengan lemparan batu yang mengenai sejumlah kaca bangunan sekolah hingga pecah dan mencederai tiga orang siswa. Ketiga korban tersebut dilarikan ke RSUD Langsa untuk mendapatkan perawatan medis.
Aksi itu segera terelaikan setelah aparat kepolisian dari Polres Langsa dan TNI Kodim 0104/Aceh Timur datang ke lokasi kejadian.
Salah seorang guru SMAN 1 Langsa, Muhammad Fadil menjelaskan, kejadian penyerangan sekolahnya sekitar pukul 10.00 WIB. Dimana, saat itu masih sedang berlangsung proses belajar mengajar. Namun secara tiba-tiba dari arah belakang sekolahnya dilempari batu oleh puluhan siswa SMKN 2 Langsa.
"Pelemparan batu itu mulai dari belakang sekolah hingga kedepan sekolah, sehingga mengakibatkan beberapa kaca jendela mengalami pecah," ujarnya.
Kemudian, setelah mengetahui sekolahnya diserang oleh siswa SMKN 2 Langsa, seluruh siswa SMAN 1 berlarian ke luar ruangan dan berkumpul di halaman sekolah untuk menyelamatkan diri.
Selain, beberapa kaca jendela yang pecah, tiga orang siswa SMAN 1 Langsa mengalami luka yakni Dea Arasati, Aulia Julhaikar dan Putri Yulianda. "Saat itu juga ketiganya di bawa anggota Polres ke RSUD Langsa untuk mendapat perawatan," jelasnya.
Pihaknya juga, lanjut Fadil, memutuskan untuk meliburkan sementara siswanya pada Rabu (25/11), menunggu situasi yang kondusif untuk kembali melanjutkan proses belajar seperti biasanya.
Sementara, Wakil Kepala SMKN 2 Langsa yang membidangi kesiswaan, Dani Alfian mengatakan, sebetulnya pihaknya menjadi korban usai pertandingan bola kaki di Stadion Langsa.
Tapi, karena anak-anak didiknya kurang dewasa, sehingga mereka terpicu emosi mendatangi SMAN 1 Langsa hingga terjadi aksi saling lempar batu.
Sedangkan terkait puluhan bahkan ratusan siswanya mendatangi SMAN 1, ia mengaku tidak mengetahuinya atau tanpa sepengatahuan pihak sekolah. Apalagi di sekolah itu sekarang ada 1.200 siswa, sehingga tidak mungkin dapat dijaga jika mereka ada yang keluar dari lingkungan sekolah.
Dijelaskannya, akibat perkelahian di Stadion Langsa pada Senin (23/11) sore, ada seorang siswa SMKN 2 yang menjadi korban pemukulan dan sempat dibawa ke RSUD Langsa.
"Awalnya siswa kita dipukuli dan sempat dirawat di RSUD. Namun, terkait penyerangan kemarin, kita juga bertanggung jawab dan akan mengganti rugi atas kerusakan fasilitas di SMAN 1 Langsa," tambah dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa melalui Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Sudarto, menegaskan, pihaknya akan segera menuntaskan kasus ini, agar kejadian ini tidak berlarut-larut. Bahkan, dia akan mengumpulkan seluruh guru SMAN 1 dan SMKN 2 Langsa.
Kapolres Langsa AKBP Sunarya menjelaskan seratusan siswa SMKN 2 Langsa yang diduga terlibat melempari batu ke sekolah SMAN 1 dibawa ke Polres Langsa untuk dimintai keterangan.
Dan, bagi siapa saja siswa yang nantinya terbukti bersalah maka akan kita tindak sesuai dengan hukum yang berlaku, katanya.
Namun, bagi pelajar yang tidak bersalah maka akan dikembalikan kepada sekolah dan orang tua masing-masing.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan memanggil panitia penyelenggara pertandingan sepak bola antar pelajar. Karena, diduga pertandingan itu tidak ada berkoordinasi dengan pihak keamanan.
"Insiden penyerangan SMAN 1 oleh siswa SMKN 2 Langsa merupakan preseden buruk. Apalagi jelang peringatan hari guru nasional. Ini harus diselesaikan secara komprehensif agar ke depan tidak ada tawuran antar sekolah manapun di Langsa," kata Sukma di Langsa, Rabu.
Dikatakan Sukma, peristiwa konflik antar siswa juga terjadi beberapa tahun lalu yang melibatkan kedua sekolah tersebut. Namun, saat itu pihak kepolisian bisa mengatasinya dan baru kembali terulang pada tahun 2015.
"SKMN 2 itu memang beberapa kali pernah bentrok dengan SMAN 1. Ini kalau tidak salah yang ketiga kali medio 2008-2015," kata dia.
Sukma berharap, kedua belah pihak melalui guru masing-masing dapat meredam potensi konflik yang dilakukan siswanya.
Apalagi, beredar kabar pemicunya adalah ikhwal pertandingan sepak bola dalam perhelatan Liga Pelajar Indonesia (LPI) yang digelar di Stadion Langsa.
"Ini memalukan dan pihak sekolah harus bisa meredam. Jangan persoalan sepele di lapangan bola menjadi pemantik berkobarnya tawuran. Polisi harus tindak provokatatornya sebagai efek jera bagi pelajar lain nantinya. Terlebih menimbulkan korban luka dan kerusakan di sekolah," katanya.
Sebelumnya, Selasa (24/11) sekira pukul 10.00 WIB, ratusan pelajar SMKN 2 menyerang SMAN 1 Langsa dengan lemparan batu yang mengenai sejumlah kaca bangunan sekolah hingga pecah dan mencederai tiga orang siswa. Ketiga korban tersebut dilarikan ke RSUD Langsa untuk mendapatkan perawatan medis.
Aksi itu segera terelaikan setelah aparat kepolisian dari Polres Langsa dan TNI Kodim 0104/Aceh Timur datang ke lokasi kejadian.
Salah seorang guru SMAN 1 Langsa, Muhammad Fadil menjelaskan, kejadian penyerangan sekolahnya sekitar pukul 10.00 WIB. Dimana, saat itu masih sedang berlangsung proses belajar mengajar. Namun secara tiba-tiba dari arah belakang sekolahnya dilempari batu oleh puluhan siswa SMKN 2 Langsa.
"Pelemparan batu itu mulai dari belakang sekolah hingga kedepan sekolah, sehingga mengakibatkan beberapa kaca jendela mengalami pecah," ujarnya.
Kemudian, setelah mengetahui sekolahnya diserang oleh siswa SMKN 2 Langsa, seluruh siswa SMAN 1 berlarian ke luar ruangan dan berkumpul di halaman sekolah untuk menyelamatkan diri.
Selain, beberapa kaca jendela yang pecah, tiga orang siswa SMAN 1 Langsa mengalami luka yakni Dea Arasati, Aulia Julhaikar dan Putri Yulianda. "Saat itu juga ketiganya di bawa anggota Polres ke RSUD Langsa untuk mendapat perawatan," jelasnya.
Pihaknya juga, lanjut Fadil, memutuskan untuk meliburkan sementara siswanya pada Rabu (25/11), menunggu situasi yang kondusif untuk kembali melanjutkan proses belajar seperti biasanya.
Sementara, Wakil Kepala SMKN 2 Langsa yang membidangi kesiswaan, Dani Alfian mengatakan, sebetulnya pihaknya menjadi korban usai pertandingan bola kaki di Stadion Langsa.
Tapi, karena anak-anak didiknya kurang dewasa, sehingga mereka terpicu emosi mendatangi SMAN 1 Langsa hingga terjadi aksi saling lempar batu.
Sedangkan terkait puluhan bahkan ratusan siswanya mendatangi SMAN 1, ia mengaku tidak mengetahuinya atau tanpa sepengatahuan pihak sekolah. Apalagi di sekolah itu sekarang ada 1.200 siswa, sehingga tidak mungkin dapat dijaga jika mereka ada yang keluar dari lingkungan sekolah.
Dijelaskannya, akibat perkelahian di Stadion Langsa pada Senin (23/11) sore, ada seorang siswa SMKN 2 yang menjadi korban pemukulan dan sempat dibawa ke RSUD Langsa.
"Awalnya siswa kita dipukuli dan sempat dirawat di RSUD. Namun, terkait penyerangan kemarin, kita juga bertanggung jawab dan akan mengganti rugi atas kerusakan fasilitas di SMAN 1 Langsa," tambah dia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa melalui Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Sudarto, menegaskan, pihaknya akan segera menuntaskan kasus ini, agar kejadian ini tidak berlarut-larut. Bahkan, dia akan mengumpulkan seluruh guru SMAN 1 dan SMKN 2 Langsa.
Kapolres Langsa AKBP Sunarya menjelaskan seratusan siswa SMKN 2 Langsa yang diduga terlibat melempari batu ke sekolah SMAN 1 dibawa ke Polres Langsa untuk dimintai keterangan.
Dan, bagi siapa saja siswa yang nantinya terbukti bersalah maka akan kita tindak sesuai dengan hukum yang berlaku, katanya.
Namun, bagi pelajar yang tidak bersalah maka akan dikembalikan kepada sekolah dan orang tua masing-masing.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan memanggil panitia penyelenggara pertandingan sepak bola antar pelajar. Karena, diduga pertandingan itu tidak ada berkoordinasi dengan pihak keamanan.