Blangpidie (ANTARA Aceh) - Para pedagang cafe di objek wisata Pantai Jilbab, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mengeluh karena sejak sepekan terakhir omzet penjualannya mereka turun 50 persen setelah terjadinya bencana abrasi akibat gelombang pasang.
Mukhlis, pedagang cafe di lokasi wisata Pantai Jilbab, Kecamatan Susoh, Selasa mengatakan, turunnya omzet para pedagang tersebut disebabkan para pengunjung takut datang berwisata karena sedang musim gelombang pasang.
"Musim gelombang pasang yang kini sedang melanda telah menerjang pondok-pondok yang berada di sepanjang tepian pantai. Semua pondok yang dibuat beberapa tahun lalu untuk pengujung bersantai kini sudah sirna dihempas ombak laut," tuturnya.
Bukan saja pondok, namun tanaman-tanaman rindang yang menghiasi lokasi wisata sudah pada tumbang akibat abrasi digerus gelombang pasang.
Tingginya gelombang laut terus mengerus bibir pantai secara besar-besaran, membuat para pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah merasa ragu-ragu untuk datang berwisata, katanya.
Minat para wisatawan berkunjung ke pantai Abdya semakin berkurang. Tidak sedikit cafe besar dan kecil yang berada di sepanjang tempat objek wisata Pantai Jilbab dan di lokasi wisata Pantai Bali Sangkalan sepi pembeli.
"Sebelumnya pengunjung cukup ramai datang menikmati keindahan pantai, mereka bermain bola dan selfi-selfi di sore hari serta makan minum di cafe bersama keluarga, sehingga pendapatan rata-rata mencapai Rp1 juta/hari," katanya.
Tetapi, setelah bencana abrasi terjadi, keindahan yang selama ini dimiliki di Pantai Jilbab sirna diterjang ombak, begitu juga dengan pendapatan pedagang cafe menurun menjadi Rp500 ribu/hari.
Turunnya pendapatan, lanjut dia, tentu berimbas terhadap upah tenaga kerja harian, dimana gaji pelayan cafe sebelumnya dibayar mencapai Rp60 ribu/hari, kini terpaksa diturunkan menjadi Rp30 ribu.
Untuk menumbuhkan kembali ekonomi pedagang cafe tersebut, pemerintah diminta untuk segera membangun break water (pemecah ombak) sebagai upaya antisipasi terjadinya abrasi tersebut, sehingga para pengunjung tidak lagi was-was datang berwisata.
"Jumlah cafe yang berada di sepanjang Pantai Jilbab dan Pantai Bali Sangkalan ini mencapai 34 buah dengan memiliki tenaga kerja rata-rata 6 orang. Jadi, sudah sepatutnya pemerintah membangun break water, karena 216 keluarga mata pencahariannya pelayan cafe," katanya.
Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Abdya, Amiruddin saat dikompirmasi mengaku dalam waktu dekat pihaknya segera menangani bencana abrasi tersebut secara darurat, supaya lokasi wisata dan ekonomi warga dapat terselamatkan dari pengikisan gelombang pasang.
"Kalau secara aturan BPBD tidak boleh membangun break water karena itu sifat pembangunannya permanen. Jadi, kita hanya bisa tangani secara darurat. Insyaallah, waktu dekat kita upayakan menyusun karung berisi kerikil di sepanjang pantai untuk penahan abrasi sementara," ujar dia.