Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Provinsi Aceh mencatat realisasi penerimaan negara dari bea masuk hingga Februari 2023 di provinsi ujung barat Indonesia tersebut mencapai 444,88 persen.
Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kantor Wilayah DJBC Provinsi Aceh Isnu Irwantoro di Banda Aceh, Kamis, mengatakan penerimaan negara dari bea masuk di Aceh di awal 2023 sudah memenuhi target.
"Target bea masuk pada 2023 sebesar Rp1,26 miliar. Baru dua bulan berjalan, penerimaan bea masuk sudah mencapai Rp5,61 miliar atau 444,88 persen," kata Isnu Irwantoro menyebutkan.
Isnu Irwantoro mengatakan penerimaan bea masuk tersebut yang terbanyak dari impor beras, mencapai Rp4,5 miliar. Kemudian impor aspal sebesar Rp1,05 miliar.
Serta dari imei telepon genggam dan sanksi administrasi, maupun dari barang penumpang pelaku perjalanan luar negeri sebesar Rp59,25 juta, kata Isnu Irwantoro.
Untuk impor beras, kata Isnu Irwantoro, ada dua pelabuhan, yakni di Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar serta Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara.
"Penerimaan bea masuk impor beras di dua pelabuhan tersebut masing-masing sebesar Rp2,25 miliar. Sedangkan jumlah impor yang dimasukkan melalui dua pelabuhan tersebut masing-masing 5.000 ton," kata Isnu Irwantoro.
Begitu juga dengan impor aspal, kata Isnu Irwantoro juga dilakukan di dua pelabuhan tersebut. Penerimaan bea masuk dari aspal Pelabuhan Malahayati sebesar Rp375,63 juta dan Pelabuhan Krueng Geukueh sebanyak Rp679,49 juta.
"Kami terus berupaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor bea cukai. Selain dari bea masuk, kami juga mendorong penerimaan dari ekspor. Di antaranya, ekspor minyak mentah sawit atau CPO dari Aceh serta pembentukan kawasan ekonomi khusus," kata Isnu Irwantoro.
Realisasi bea masuk di Aceh capai 444,88 persen
Kamis, 2 Maret 2023 18:35 WIB