Karang Baru (ANTARA) - Green Community Investment (GCI) mulai melakukan survei dan pengukuran luas dan ketebalan sedimentasi/endapan di muara sungai Aceh Tamiang setelah terjadi pendangkalan selama bertahun-tahun akibat bencana alam banjir.
“Untuk kedua kalinya kami sudah turun dalam rangka survei sedimentasi dan karakteristik muara sungai di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang. Setelah kami ukur ketebalan sedimentasi rata-rata sudah sampai 5 meter material pasir,” kata konsultan Green Community Investment Zulkarnain di Karang Baru, Senin.
Ia mengatakan pengukuran volume sedimentasi secara Bathymateric (BM) dilakukan pada Senin (13/3). Kondisi muara sungai dangkal tersebut berada di Desa Kuala Peunaga-Desa Kuala Genting, Kecamatan Bendahara atau di bibir laut lepas Selat Malaka. Sedimentasi ini telah diteliti lama pasca banjir bandang 2006 silam.
Baca juga: Alami sedimentasi 3,5 kilometer, muara sungai Aceh Tamiang harus dikeruk
Tim Green Community Investment dari berbagai unsur lembaga ini melakukan pengukuran luas dan kedalaman sedimentasi menggunakan alat canggih yakni Bathymateric dan Thopolidar. Alat ini untuk mengetahui karakteristik sungai Tamiang baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan endapan.
“Fungsi alat Thopolidar untuk mengukur di bawah permukaan (kedalaman). Sedangkan metode pengukuran Bathymateric (BM) untuk pengambilan data dari darat sebagai pedoman kemudian tembak ke sendimen masing-masing dua titik BM untuk mengetahui berapa thopolidar-nya,” terang Zulkarnain.
Hasil dari pengukuran tersebut belum diketahui karena masih ada pengukuran BM sedimen lanjutan. Namun karakteristik sungai punya sedimentasi sudah dapat diketahui.
Saat ini, menurut Direktur Eksekutif Lembaga Bina Arsitektur Madani (LeBAM) ini, karakteristik sungai Tamiang bentuknya sudah menjadi bendungan alam. Akibatnya arus sungai terus menghantam tepi sungai karena air menuju ke laut sangkut akibat sedimentasi. Sementara di sisi lain ombak pasang laut juga menghantam muara sungai sehingga memperparah sedimentasi.
Pihaknya memperhitungkan sejak dari 2008-2022 sedimentasi sudah memenuhi muara sungai Tamiang. Dampak dari pendangkalan tersebut telah merubah bentuk lazim sungai.