Bumbu kanji itu dimasak dalam dua belanga besar, satu belanga menampung dua sak beras dan bisa menghasilkan sekitar 100 porsi bubur. Kegiatan memasak itu dilakukan di halaman belakang masjid dimulai sejak selepas Zuhur hingga setelah shalat Ashar.
Kata Kautsar, juru masak yang dihadirkan pun tidak sembarangan karena telah diwariskan dari generasi ke generasi. Saat ini, juru masak yang siap sedia meracik rempah bubur kanji dengan jumlah sekitar 200 porsi itu merupakan generasi keenam.
"Juru masaknya khusus yang telah mengerti cara menyajikan kanji rumbi dengan baik dan benar. Dari racikan bumbu yang pas hingga besaran api, agar kanji rumbi matang dengan sempurna," kata Kautsar.
Baca juga: Sambai Oen Peugaga, salad khas Aceh paling diburu warga saat Ramadhan
Selama proses peracikan bumbu itu, masyarakat sekitar menaruh wadah secara guna menampung kanji rambi untuk disantap bersama keluarga saat berbuka.
Setiap sorenya ada berkisar 150 orang yang berbuka puasa di masjid tersebut dan 100 orang yang khusus mengambil bubur untuk dibawa pulang.
Tetapi, khusus pada 17 Ramadhan atau saat peringatan Nuzulul Qur'an, Masjid Al Furqan akan menggantikan menu berbuka dengan kuah beulangong, kuliner khas Aceh yang berisi yang juga digemari saat bulan Ramadhan.
Baca juga: Disbudpar: Festival Kuliner Aceh maksimalkan partisipasi swasta