Banda Aceh (ANTARA) - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh Almuniza Kamal menyatakan pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8 mengusung konsep ramah lingkungan atau go green.
“Konsep yang kita usung ini dalam rangka meminimalisir sampah plastik di event PKA ke-8. Langkah ini juga sejalan dengan arahan yang juga pernah disampaikan oleh bapak dan ibu Pj Gubernur Aceh,” katanya di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan untuk mewujudkan konsep tersebut pihaknya akan menyediakan water station (spot air minum gratis) pada beberapa titik dan tiap anjungan kabupaten/kota nanti juga bisa menyediakan minimal satu water station.
“Kami mengimbau para pengunjung PKA dapat membawa tumbler (botol minum) dan tas belanja dari rumah sebagai bagian dari langkah mendukung program ramah lingkungan yang diusung dalam event empat tahunan ini,” katanya.
Ia menambahkan untuk saat ini progres persiapan PKA-8 telah mencapai 85 persen dan persiapan seperti revitalisasi anjungan 23 kabupaten/kota dan sarana prasarana lainnya telah dikerjakan dan akan selesai sebelum H-1 pembukaan PKA.
Ia mengatakan PKA tersebut bertujuan untuk mempromosikan, melestarikan, dan merayakan warisan budaya Aceh agar dapat terus terjaga dan tidak tergerus zaman serta membangun kesadaran budaya.
“Kegiatan ini juga bagian mempromosi kepariwisataan yang ada di seluruh kabupaten/kota di Aceh, membangun rasa persatuan dan Identitas dan pengembangan ekonomi,” katanya.
Menurut dia dia PKA juga bagian upaya pelestarian budaya yang di dalamnya mengandung unsur pengembangan, pembinaan dan pemanfaatan yang sesuai dengan tema "Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia".
Dalam kegiatan tersebut sebanyak 23 Balai Pelestarian Kebudayaan perwakilan Provinsi Se-Indonesia juga akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan event empat tahunan yang akan berlangsung pada 4 – 12 November 2023 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh.
“Kita berharap PKA memberikan efek untuk meningkatkan ekonomi pasca COVID-19, melalui ragam potensi rempah Aceh yang telah mendunia antara lain seperti kopi dan nilam, serta juga memperkenalkan ragam potensi rempah unggulan Aceh lainnya,” katanya.