Dirinya menjelaskan, usaha coklat lokal itu sendiri saat ini masih diedarkan di sekitar Sabang. Hanya 20 persen keluar kota melalui pesanan online via aplikasi medsos Instagram.
Kedepan, mereka menargetkan pemasaran coklat Sabang bisa menembus pasar yang lebih luas. Hanya saja saat ini masih terkendala dengan izin edar dari BPOM.
"Kita masih mengurus izin edar BPOM. Insya Allah tahun ini bisa kita pasarkan," katanya.
Untuk produksi coklat sendiri, lanjut dia, sejauh ini masih berkisar 50 kg sampai 80 kg per bulan. Tergantung dari permintaan pasar dan bahan baku kakao dari petani setempat dan di bawah binaan Dinas Pertanian Sabang.
Sementara ini, sudah ada tiga petani yang tetap menjual kakao langsung ke rumah produksi. Kurang lebih lahan nya 3 hektare. Serta juga ada yang berada di bawah binaan pemerintah sekitar 41 hektare dengan 39 petani.
"Nanti saat kebun 39 orang petani itu sudah layak menjual bijinya, akan kembali ditampung oleh rumah produksi coklat Sabang," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Melan menyampaikan bahwa Pj Wali Kota Sabang, Reza Fahlevi juga sudah berkunjung ke rumah produksi, dan mendukung pengembangan UMKM mereka.
"Bahkan, Pak Reza Fahlevi mempromosikan coklat Sabang sampai ke seluruh Indonesia. Terbukti saat ada acara Kata Kreatif oleh Bidang Ekraf Dispar Kota Sabang, Menteri Sandiaga Uno juga datang mencetak Choco Nibs coklat Sabang," kata Melan.
Sebelumnya, Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa Coklat Sabang merupakan salah satu produk andalan di daerah Pulau Weh yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat.
"Ternyata ada produk andalan yang bisa kita kembangkan di Sabang, yaitu coklat Sabang," kata Sandiaga.
Sandiaga berharap coklat Sabang bisa dikembangkan dengan kemasan yang lebih menarik, sehingga bisa ditawarkan sebagai suvenir, bukan hanya di Kota Sabang, tapi juga di Aceh secara keseluruhan.
Baca juga: Abdya dapat tambahan 450 ton alokasi pupuk bersubsidi