Meulaboh (ANTARA Aceh) - Perusahaan pengolah minyak mentah kelapa sawit PT Karya Tanah Subur (KTS) menetapkan harga tertinggi dalam membeli tandan buah segar produksi petani di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Rp1.650/Kg.
Pimpinan PT KTS Prihadi di Meulaboh, Sabtu mengatakan, perusahaan menentapkan harga tertinggi untuk menggairahkan petani sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Untuk harga TBS kita tampung sampai saat ini di atas rata-rata pabrik lain. Saya pikir dengan antusiasme petani yang menjualnya ke PT KTS sampai dengan rata-rata per hari 800 ton, itu menunjukan harganya sangat kompetitif," sebutnya.
Di sela-sela kegiatan silaturrahmi dan buka puasa bersama jurnalis Sekber Aceh Barat bersama dengan unsur managerial PT KTS Grub Astra Agro Lestari (Tbk) perwakilan wilayah Sumatera Sakban Lubis serta Manager Humas Aceh Ridwan Manik.
Prihadi menyatakan, sebagai perusahaan anak dari Grup Astra Agro Lestari, KTS berkomitmen untuk menyejahterakan masyarakat terutama berada di ring satu perusahaan dengan pola pemberdayaan maupun program perkebunan plasma.
Perusahaan mereka juga mengsubsidi biaya transport untuk pengangkutan TBS yang diangkut dari luar Kabupaten Aceh Barat, baik itu dari Kabupaten Nagan Raya maupun dari Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.
"Kita menargetkan menerima dari produksi masyarakat 175.000 ton selama 2017, kalau tahun lalu sama seperti biasanya masih 120 ribu ton. Produksi ini dari seluruh Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan, terhadap peningkatan produksi pengolahan Crude Palm Oil (CPO) atau minyak mentah akan terus dilakukan dengan memberdayakan tanaman kelapa sawit dan melakukan perbaikan agronomi sehingga satuan hektare mencapai 20 persen.
Prihadi menjelaskan, dalam dua tahun terakhir pihaknya telah berhasil membangun kebun plasma masyarakat seluas 400-an hektare, pada 2017 ini sudah diselesaikan sekitar 60 hektare dan akan berlanjut, tergantung kesiapan lahan masyarakat.
Terhadap saran membangun sebuah industri hilir dari CPO produksi perusahaan mereka di Aceh Barat memang sudah terencana, akan tetapi terkendala oleh jumlah pasokan yang masih belum mencukupi dari kebutuhan sebuah perusahaan pengolah bahan jadi.
"Kita masih produksi CPO saja, untuk produk industri hilir masih ada di Belawan, Sumut, dan Riau, nanti kita bangun. Kalau Aceh secara pasokan CPO-nya belum mencukupi per hari itu 5.000 ton minimal, sampai sekarang masih sekitar 3.000 ton," katanya menambahkan.