Keuchik atau Kepala Desa Barih Lhok Kecamatan Kuta Cot Glie Muntasir di Aceh Besar, Senin, mengatakan, ada sekitar 300 hektare tanaman padi yang terancam puso.
"Tanaman padi ini terancam puso karena kekeringan sejak beberapa minggu terakhir. Tanaman padi ini berusia satu hingga dua bulan," kata Muntasir.
Muntasir menyebutkan, ratusan hektare areal persawahan di Kecamatan Kuta Cot Glie maupun kecamatan tetangga, Kecamatan Seulimeum, semuanya tadah hujan.
"Kondisi sekarang, tanah sawah sudah ada yang retak-retak. Sebagian ada padi yang berbuah, tetapi tidak ada isi. Daun sudah ada yang mengering. Jika keadaan seperti ini, dikhawatirkan padi berusia satu bulan, padinya tidak berisi atau puso," katanya.
Muntasir mengatakan, solusi mengatasi kekeringan ratusan areal persawahan tersebut dengan menggunakan pompanisasi. Sebab, ada sungai yang menjadi sumber airnya.
"Pompanisasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kekeringan areal persawahan karena ada sungai yang menjadi sumber air. Jika ini tidak dilakukan, ratusan hektare padi di tempat ini dipastikan gagal panen," kata Muntasir.
Muntasir menambahkan sistem pengairan menggunakan pompanisasi sudah pernah diajukan kepada pemerintah daerah. Namun, hingga kini tidak kunjung terealisasi.
"Kekeringan seperti ini sudah terjadi berulang kali. Kami juga sudah mengajukan program pompanisasi karena semua areal sawah tadah hujan. Tidak ada hujan, maka tidak ada air," ungkap dia.
Muntasir menyebutkan, jika tidak ada bantuan pompanisasi, maka para petani dipastikan mengalami kerugian besar karena gagal panen. Kerugian mencapai Rp5 juta per hektarenya.
"Kerugian tersebut sudah termasuk biaya pengolahan tanah, pengadaan bibit dan pupuk, dan operasional lainnya. Kami berharap pemerintah daerah turun tangan membantu petani," pungkas Munasir.