Meulaboh (Antaranews Aceh) - Pihak legislatif bersama eksekutif di Kabupaten Aceh Barat melakukan inspeksi mendadak (sidak) dan mempertanyakan pendangkalan sungai akibat sisa material kontruksi jembatan yang belum dibersihkan pihak rekanan.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat, Ramli, SE di Meulaboh, Senin, mengatakan, dua pimpinan pemangku adat laut (panglima laot) kecamatan melaporkan material di dalam aliran sungai hingga merusak armada.
"Panglima laot Meureubo dan Johan Pahlawan yang melaporkan kepada kami secara tertulis, bahwa di dalam sungai tempat pembangunan jembatan ini ada material besi-besi yang belum dibersihkan cukup berbahaya," katanya.
Didampingi anggota DPRK Said Mahdani, disampaikan, pihaknya memberikan waktu dua hari kepada pihak rekanan untuk membersihkan semua sisa material dalam sungai untuk dituntaskan, apabila tidak dilakukan maka dilaporkan ke penegak hukum.
Senada juga disampaikan Kepala Bidang Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Barat, Samsul, ia menyampaikan, masih ada sisa anggaran 5 persen yang belum terserap untuk dapat melanjutkan pekerjaan itu.
"Sebenarnya ada waktu enam bulan masa pemeliharaan untuk dibersihkan, tetapi karena ini sifatnya urgensi, maka pihak rekanan kita minta segera menuntaskan. Membersihkan/ bongkar semua sisa material dalam sungai ini," tegasnya.
Ia berkata, pemerintah berkomitmen dalam menuntaskan kegiatan proyek sumber Dana Alokasi Umum (DAU) senilai Rp928,7 juta tersebut, dan meminta pihak CV Putri Rezeki segera menuntaskan pekerjaan sesuai hasil kontrak kerja dengan pemerintah.
Pemerintah belum mengetahui seberapa besar sisa kontruksi material jembatan yang belum dibersihkan tersebut, dipastikan sisa dana yang tersedia akan mengkafer semua kegiatan dengan melibatkan semua pihak yang terkait.
"Anggaran itu bukan cuma untuk pembongkaran material, termasuk untuk penyediaan pengaman tebing abutman jembatan dan pembuatan kawat beronjong di sepanjang aliran sungai ini untuk mencegah sendimentasi," sebutnya lagi.
Sementara itu tim teknis pekerja proyek, Ali menyampaikan, kondisi tertinggalnya material dalam aliran sunga tersebut bukan faktor kesengajaan, tetapi murni karena luput dari sepengetahuan para pekerja melihat ke dasar sungai.
"Saat pekerjaan kami lakukan, itu kan air besar (banjir) sehingga tidak diketahui ada material besi dan segala macam yang tersisa. Tapi kami berjanji akan segera menyelesaikannya, paling lama satu minggu ini sudah selesai," pungkasnya.
Di lokasi tersebut sejumlah nelayan turut hadir dan langsung menyelam ke titik lokasi yang pernah tersangkut armada nelayan hingga merusak baling-baling kapal hingga merusak bagian bawah kapal nelayan yang melintasi Krung Cangkoi itu.
"Sudah ada dua kapal nelayan yang rusak terkena besi ini, ada pencari kerang juga luka karena kakinya terkena material dalam air. Saya lebih khawatir kalau anak - anak mandi di sungai ini bisa tertusuk oleh besi - besi yang tidak dibersihkan," tambah Panglima Laot Rundeng, Zainal Abidin.
Dewan Aceh Barat pertanyakan pendangkalan sungai
Senin, 28 Januari 2019 19:49 WIB