Jakarta (ANTARA) - Komunitas Mesir di Qatar siap menyambut ikon negaranya Mohamed Salah, ketika ia tiba di kawasan Teluk pekan ini saat Liverpol akan memulai petualangannya di Piala Dunia Klub.
Hal serupa tidak dapat dirasakan para penggemar yang berada di Mesir akibat adanya krisis diplomatik regional. Hal itu semakin menyulitkan hasrat para penggemar di Doha untuk menyaksikan pemain terbaik negaranya.
Diaspora Mesir di Qatar berjumlah sekitar 300.000 orang menurut catatan statistik resmi. Jumlah yang tidak terlalu signifikan dari total 2,75 juta penduduk Qatar.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Qatar mendatangkan migran Mesir yang memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor minyak dan gas, serta sektor sistem kesehatan.
Namun embargo ekonomi dan kepergian menuju Qatar oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang dihuni pula oleh Mesir, telah mendinginkan antusiasme Qatar untuk melakukan migrasi massal ke Mesir.
Koalisi itu telah mengisolasi Qatar selama dua tahun, yang disebabkan tuduhan bahwa negara itu mendukung kaum radikal dan memiliki kedekatan dengan musuh bebuyutan Arab Saudi, Iran.
Qatar menolak semua tudingan tersebut.
Terobsesi dengan Salah
Mesir dan Arab Saudi, bersama Bahrain dan Uni Emirat Arab, telah menutup bandara-bandara mereka untuk maskapai Qatar Airways dan melarang penerbangan ke negara itu. Hal tersebut membuat warga mereka yang berada di Qatar menduduki posisi sulit.
Sejumlah warga Mesir berkumpul di lokasi bazar turis Souq Waqif untuk menyaksikan Liverpool menang 5-2 atas Everton bulan ini.
Di salah satu kafe, seorang penggemar Salah menyebut pemain 27 tahun itu merupakan ikon bagi banyak orang.
Pada Rabu (18/12) mereka akan berkesempatan untuk menyaksikan Salah secara langsung, ketika The Reds menghadapi klub Meksiko Monterrey pada semifinal Piala Dunia Klub di Stadion Internasional Khalifa.
Seorang warga Mesir, Mustafa Abdel Moneim, berkata kepada AFP bahwa ia memiliki empat tiket untuk pertandingan semifinal.
"Karena saya berharap Liverpool menang dan saya tahu akan ada banyak tekanan dari orang-orang Arab dan Mesir pada pertandingan pertama tim (Liverpool)," ucapnya.
"Anak-anak saya mendesak saya untuk membeli tiket karena mereka terobsesi dengan Salah. Mereka akan sangat senang untuk melihat dia di lapangan," tambahnya.
Surat-surat kabar Inggris melaporkan bahwa Liverpool telah mendapat jaminan dari Qatar bahwa kedatangan Salah ke negara monarki itu tidak akan dipolitisir.
Salah menjadi sorotan sejumlah pihak ketika ia berfoto dengan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, saat Mesir menghuni daerah itu pada Piala Dunia 2018. Kadyrov dituding banyak pihak telah melakukan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
"Sejujurnya saya mendukung Liverpool karena dia, jika mereka mencetak sepuluh gol saya tidak ikut bersuka cita, kecuali jika golnya dibukukan oleh Salah," kata Mahmoud Mansour.
Terlalu banyak orang Mesir
"Saya akan senang melihat langsung dia bermain di lapangan, namun sekarang akan sangat sulit untuk mendapatkan tiket. Terlalu banyak orang Arab dan Mesir. Lihatlah, orang-orang ini berada di sini untuk Salah," kata Mahmoud.
Salah mengemas dua gol saat Liverpool menang atas Watford, yang memperbesar keunggulan The Reds di pucuk klasemen Liga Inggris menjadi sepuluh poin.
Warga lainnya, Ahmed Abdel Hamid, mengatakan ia sangat ingin menyaksikan Salah secara langsung di stadion.
"Sayangnya, semua penjualan tiket secara daring telah terjual habis hanya dalam waktu 15 menit," kata Abdel.
"Namun kami akan menyaksikan dia dari fan zone."
Seorang penggemar, yang menolak menyebutkan namanya kepada AFP, mengatakan bahwa teman-temannya dari Mesir mendapat kesulitan untuk mendapatkan visa.
Orang-orang Mesir di luar Qatar dibuat was-was karena mereka harus memasukkan kunjungan ke negara ketiga, yang menambah waktu perjalanan dan biaya.
"Tidak ada warga Mesir yang datang ke sini untuk menyaksikan pertandingan, kami datang ke sini hanya untuk bekerja," kata seorang penggemar Mesir.
"Jika kami punya uang untuk pergi ke Qatar untuk menyaksikan Salah, akan lebih baik untuk melihat dia bersama Liverpool di Inggris."
Gamal Sebaai, warga Mesir yang sebelumnya bekerja untuk Asosiasi Sepak bola Qatar, berkata, "Kami bukan hanya menilai dia sebagai perwakilan orang-orang Mesir saja, namun juga orang-orang Arab dan Muslim."
"Kami memiliki harapan bahwa olahraga akan menjadi alasan untuk rekonsiliasi antara orang-orang yang semestinya bersaudara."