Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh belum memastikan penyebab kematian seekor gajah liar di sekitar perkebunan warga di Kampung Belang Rakal, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.
"Kami belum bisa memastikan penyebab kematian gajah. Tim medis sudah di lokasi temuan bangkai gajah melakukan nekropsi atau otopsi satwa dilindungi tersebut," kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Rabu.
Sebelumnya, warga menemukan bangkai gajah yang sudah menebarkan bau di alur sungai sekitar perkebunan di Kampung Belang Rakal, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Selasa (12/1) sekira pukul 10.00 WIB.
Penemuan bangkai satwa dilindungi tersebut berawal ketika warga setempat hendak menggiring kawanan gajah liar ke kawasan hutan dan menjauhi areal perkebunan masyarakat.
Menyangkut dengan jenis kelamin gajah, kata Agus Arianto, pihaknya juga belum bisa memastikan apakah jantan atau betina. Namun dari amatan, gajah tersebut remaja betina.
"Kami menunggu hasil nekropsi tim medis untuk memastikan penyebab kematian gajah tersebut. Kami akan terus berkoordinasi dengan tim di lapangan yang sedang melakukan otopsi bangkai gajah tersebut," kata Agus Arianto.
Gajah sumatra merupakan satwa liar yang dilindungi. Berdasarkan data organisasi konservasi alam dunia, IUCN, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatra. Satwa tersebut masuk spesies terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Oleh karena itu, BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitatnya.
"Kerusakan habitat gajah dapat menimbulkan konflik dengan manusia. Konflik ini bisa menimbulkan kerugian ekonomi dan korban jiwa bagi manusia maupun keberlangsungan hidup satwa dilindungi tersebut," kata Agus Arianto.