Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Aceh memasuki musim kemarau dengan suhu udara mencapai 34 derajat Celsius, sehingga warga perlu waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
“Kita perkirakan Aceh sudah memasuki musim kemarau dan juga memasuki angin barat, sehingga perlu kita waspadai terutama kebakaran lahan,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Kamis.
Dia menjelaskan kendati wilayah provinsi paling barat Indonesia itu memasuki musim kemarau, tetapi curah hujan tetap terjadi di beberapa wilayah Aceh.
BMKG memperkirakan musim kemarau itu akan terjadi hingga awal atau pertengahan September 2021 mendatang. Selanjutnya akan terjadi masa peralihan hingga awal Oktober 2021 diprediksikan Aceh memasuki musim hujan.
“Jadi suhu udara kita tinggi, artinya kita imbau masyarakat untuk banyak mengkonsumsi air agar tidak dehidrasi dan juga rajin mengonsumsi buah-buahan,” kata Zakaria.
Pada musim kemarau ini, lanjut Zakaria, hampir seluruh wilayah Tanah Rencong itu juga mengalami gelombang laut tinggi.
Untuk wilayah perairan Selat Malaka bagian utara tinggi gelombang mulai 1,25 hingga 2 meter, begitu juga dengan kondisi gelombang laut untuk penyeberangan Pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh menuju Pelabuhan. Balohan Sabang.
Sementara perairan utara Sabang tinggi gelombang mulai 2,50 hingga 4 meter. Kemudian untuk perairan barat Aceh tinggi gelombang juga mulai 2 hingga 4 meter, sama halnya dengan wilayah Samudera Hindia Barat Aceh.
Klasifikasi tinggi gelombang laut 1,25 hingga 2,5 meter merupakan kategori sedang. Sementara tinggi mulai 2,5 hingga 4 meter sudah masuk dalam kategori tinggi. Sebab itu Zakaria mengimbau nelayan lebih meningkatkan kewaspadaan saat melaut di tengah kondisi gelombang laut tinggi.
“Perlu diperhatikan juga nelayan supaya lebih hati-hari karena gelombang tinggi. Kalau bisa nelayan jangan per melaut dulu,” kata Zakaria.