Peluncuran buku tersebut berlangsung di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh (Unimal) Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe, Senin.
Buku tersebut terdiri dari lima bab, yakni Kemunculan Multi Platfrom Media, Ancaman Regulasi Untuk Kebebasan Pers, Jurnalisme Cetak, Jurnalistik Radio Tingkat Dasar, Akurasi atau Kecapatan dam Jurnalisme Media Penyiaran.
Ketua AJI Lhokseumawe Masriadi Sambo mengatakan, mulai sekarang para jurnalis tidak hanya dituntut untuk mejadi seorang penulis saja, tapi juga harus bisa menjadi jurnalis radio maupun televisi.
"Di zaman multimedia ini, kalangan jurnalis tidak hanya dituntut untuk fokus di satu bidang saja, misalkan bagi jurnalis yang bekerja di media cetak, juga harus bisa menjadi jurnalis online ataupun yang lainnya," ujar Masriadi.
Masriadi menambahkan, banyak media yang sudah mempraktekkan hal tersebut, seperti pada media ternama di Tanah Air, bahkan dalam satu media terdapat beberapa jenis penyiaran sekaligus, baik melalui saluran televisi, radio, online bahkan cetak.
Kehadiran media multi platfrom tersebut, memberikan tantangan sendiri bagi kalangan jurnalis, sehingga suka atau tidak suka, jurnalis tersebut harus mengikuti perkembangan media di tempat dia bekerja.
"Tantangan tersebut juga harus disikapi dengan baik oleh setiap jurnalis, sehingga arus terus selalu menamba kompetensi di bidang ilmu jurnalisme," tutur Masriadi.
Menurutnya, kedepanya setiap jurnalis harus memiliki dedikasi yang baik dan memiliki kemampuan yang baik di bidang ilmu jurnalisme, sehingga bisa bekerja untuk kepentingan publik, bukan untuk kepentingan pribadi.
Bahkan masih ada yang beranggapan, kebebasan pers diartikan seluas-luasnya, sehingga apabila menulis berita bisa sesuka hati dan tak patuh pada kode etik. Seharusnya setiap jurnalis harus mengikuti kode etik dan bertanggungjawab.