Meulaboh (ANTARA Aceh) - Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tengku Dirundeng Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, membuka dua program studi (prodi) baru untuk menampung sebanyak-banyaknya mahasiswa pada kampus tersebut.
Ketua STAIN Meulaboh Dr Syamsuar Basyariah, MAg di Meulaboh, Senin mengatakan, saat ini sudah dalam proses visitasi Prodi Ilmu Al-quran dan Tafsir kemudian Prodi Pengembangan masyarakat Islam di bawah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
"Kita berharap dengan kunjungan langsung Kasubdit Pengembangan Akademik, dapat mempercepat proses izin penyelenggaraan kedua program studi tersebut," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan saat menyampaikan sambutanya pada kuliah umum yang diisi pemateri oleh Kepala Sub Direktorat Pengembangan Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr H Muhammad Zain, MA.
Kegiatan yang berlangsung di aula kampus tersebut diikuti oleh ratusan peserta dari dosen dan mahasiswa, dengan tema "Membangun tradisi akademik menuju perguruan tinggi kompetitif".
Kasubdit Pendis Kemenag RI Muhammad Zain dalam penyampaikan materinya mengatakan, lembaga pendidikan islam harus terus melakukan transpormasi keilmuan dalam segala bidang, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman.
"Jika kampus ini ingin maju dan mampu berkompetisi dengan kampus-kampus lain, maka STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh harus membangun tradisi akademik yang profesional," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Aceh telah memiliki tradisi pendidikan Islam yang sangat kental dimasyarakatnya sebagaimana telah dipraktekan ulama-ulama terdahulu, terbukti dari berbagai peninggalan yang masih dapat ditemukan.
Ia menyebutkan beberapa tokoh Aceh terdahulu yang secara tradisi keilmuannya telah memberi pengaruh luarbiasa terhadap keilmuan keislaman di nusantara hari ini, seperti Nurudin Ar-Raniry, Syech Abdurrauf, Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani.
Menurut dia, STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh harus mampu mengadopsi tradisi-tradisi keilmuan tersebut dan mengambangkannya sesuai dengan kebutuhan pendidikan hari ini.
"Jika melihat kebutuhan global saat ini, ada dua hal paling mendasar yang harus dikuasai oleh setiap insan akademis, yaitu bahasa dan teknologi informasi. Kedua hal ini harus menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan," katanya menambahkan.
Ketua STAIN Meulaboh Dr Syamsuar Basyariah, MAg di Meulaboh, Senin mengatakan, saat ini sudah dalam proses visitasi Prodi Ilmu Al-quran dan Tafsir kemudian Prodi Pengembangan masyarakat Islam di bawah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
"Kita berharap dengan kunjungan langsung Kasubdit Pengembangan Akademik, dapat mempercepat proses izin penyelenggaraan kedua program studi tersebut," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan saat menyampaikan sambutanya pada kuliah umum yang diisi pemateri oleh Kepala Sub Direktorat Pengembangan Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Dr H Muhammad Zain, MA.
Kegiatan yang berlangsung di aula kampus tersebut diikuti oleh ratusan peserta dari dosen dan mahasiswa, dengan tema "Membangun tradisi akademik menuju perguruan tinggi kompetitif".
Kasubdit Pendis Kemenag RI Muhammad Zain dalam penyampaikan materinya mengatakan, lembaga pendidikan islam harus terus melakukan transpormasi keilmuan dalam segala bidang, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman.
"Jika kampus ini ingin maju dan mampu berkompetisi dengan kampus-kampus lain, maka STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh harus membangun tradisi akademik yang profesional," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Aceh telah memiliki tradisi pendidikan Islam yang sangat kental dimasyarakatnya sebagaimana telah dipraktekan ulama-ulama terdahulu, terbukti dari berbagai peninggalan yang masih dapat ditemukan.
Ia menyebutkan beberapa tokoh Aceh terdahulu yang secara tradisi keilmuannya telah memberi pengaruh luarbiasa terhadap keilmuan keislaman di nusantara hari ini, seperti Nurudin Ar-Raniry, Syech Abdurrauf, Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani.
Menurut dia, STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh harus mampu mengadopsi tradisi-tradisi keilmuan tersebut dan mengambangkannya sesuai dengan kebutuhan pendidikan hari ini.
"Jika melihat kebutuhan global saat ini, ada dua hal paling mendasar yang harus dikuasai oleh setiap insan akademis, yaitu bahasa dan teknologi informasi. Kedua hal ini harus menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan," katanya menambahkan.