Kentalnya toleransi saat Ramadhan di daerah syariat Islam Aceh
Oleh Rahmat Fajri Selasa, 11 April 2023 9:45 WIB
Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banda Aceh Abdul Syukur menyampaikan bahwa selama ini pihaknya rutin menampung aspirasi, kemudian mengevaluasi jalannya kerukunan beragama di Banda Aceh.
"Jika ada persoalan yang muncul, kami langsung lakukan penanganan dengan gerak cepat bersama para tokoh," katanya.
Sejauh ini secara keseluruhan kondisi kehidupan masyarakat beragama di Banda Aceh rukun, aman, dan tenteram.
Ketua Yayasan Hakka Aceh (perkumpulan warga etnis Tionghoa) Kho Khie Siong alias Aky menyatakan bahwa mayoritas warga Tionghoa di Aceh merasa senang dan nyaman dengan penerapan syariat Islam yang berlaku di Tanah Rencong.
"Masyarakat (Tionghoa) di Aceh lebih senang dengan hukuman cambuk karena lebih simpel, tidak perlu menjalani hukuman penjara, apalagi bagi yang berbisnis," kata Aky.
Aky menyampaikan kehidupan masyarakat Aceh dengan warga Tionghoa selalu terbuka, dan pihak Yayasan Hakka juga terus memberi ruang komunikasi sehingga tidak ada sekat satu sama lain.
"Kami juga bisa bermanfaat kepada saudara kita di Aceh, bisa berteman, berinteraksi dengan semua, tidak ada batasan satu sama lain," ujarnya.
Baca juga: Kanwil Kemenag rencanakan peluncurkan program tahun toleransi di Aceh
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah penerapan syariat Islam, kata Aky, mereka tidak mendapatkan kendala khusus, malah sebaliknya merasakan toleransi yang cukup tinggi dari masyarakat Aceh.
"Kita angkat jempol kepada masyarakat Aceh dalam kerukunan hidup umat beragama ini. Seumur hidup saya di Aceh belum pernah ada konflik beragama yang terjadi. Kalaupun ada, itu terkadang diprovokasi," katanya.
Aky menuturkan, Yayasan Hakka Aceh atau secara umum warga Tionghoa terus melakukan gerakan untuk mengurangi atau mencegah upaya provokasi terhadap hal-hal yang bersifat negatif.
Selain itu, lanjut Aky, dalam melaksanakan ibadah mereka juga merasakan kenyamanan, tidak ada gangguan, bahkan malah mendapatkan dukungan yang baik, termasuk perayaan budaya di tempat ibadah.
"Bahkan perayaan kita juga banyak dikunjungi Muslim, mereka ingin tahu juga bagaimana Tionghoa ini melakukan syukuran seperti perayaan Imlek ini," demikian Aky.
Secara umum, potret dan dinamika keumatan dan kerukunan di Bumi Serambi Mekkah hingga kini terus berjalan dengan baik dan kondusif. Jalinan kerukunan antar-umat beragama di Aceh sama sekali tidak terganggu. Kerukunan dan toleransi selalu berjalan sangat baik.
Saat ini, jumlah pemeluk agama di Aceh lebih kurang sebanyak 6.071.930 orang terbagi dalam lima kepercayaan.
Angka tersebut terdiri atas pemeluk Islam sebanyak 6.006.608 jiwa, Kristen 52.091, Katolik 6.181, Buddha 6.863, dan Hindu sebanyak 187 orang.
Adapun jumlah rumah ibadah di seluruh Aceh saat ini yaitu masjid 4.137 unit, meunasah (balai desa) 6.516, mushala 4.355, gereja Katolik 20, gereja Kristen 187, vihara/kelenteng sembilan, dan pura satu unit.
Keragaman tempat ibadah itu menunjukkan antar-pemeluk agama bisa hidup berdampingan.
Baca juga: DPR Aceh kutuk keras pembakaran Alquran oleh politikus Swedia