Tanah Rencong, titik terpenting jalur rempah di Nusantara
Oleh Rahmat Fajri Sabtu, 11 November 2023 23:39 WIB
Adapun lini masa depan menegaskan bahwa jalur rempah Aceh dan Nusantara dapat dijadikan sebagai peluang untuk mengembalikan kejayaan rempah pada masa lalu.
Konon, rempah-rempah Aceh mengalami kejayaan pada abad ke-16 hingga akhirnya tercatat dalam peta perdagangan global.
Lhokseumawe memiliki sejarah yang tak terpisahkan. Dahulu, rempah dari Tanah Rencong semuanya dikumpulkan untuk diperdagangkan ke Nusantara maupun luar negeri itu melalui Pelabuhan Lhokseumawe.
Sejarah itu dikuatkan dengan adanya kerajaan Islam pertama di Nusantara yakni Samudera Pasai, serta aktivitas dagang yang sudah kental sejak zaman dulu. Lalu pelabuhan di sana juga sudah sangat ramai dengan pedagang, baik lokal maupun dunia.
Dalam catatan sejarah, jalur rempah dari Lhokseumawe dirintis sejak abad ke-7, saat itu masyarakat sudah mulai memanen hasil pertanian mereka untuk diperdagangkan.
“Sejak abad itu sudah ramai pedagang dari berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, India, Arab, hingga China (ke Lhokseumawe) ,” kata Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setdako Lhokseumawe, Darius.
Baca juga: Sabang sajikan Sie Kari Bak Eumpeuk dan Eungkot Geurapee saat lomba kuliner PKA
Rempah yang diperdagangkan hingga keluar negeri bukan hanya hasil pertanian masyarakat di Tanah Rencong, melainkan dari Pulau Sumatera yang kemudian dikumpulkan ke Lhokseumawe.
Semua itu, karena Lhokseumawe pada abad ke-7 sudah memiliki pelabuhan sehingga hasil rempah-rempah Aceh dan Sumatera dikeluarkan dari Lhokseumawe untuk diekspor ke luar Nusantara.
Dulu, memang terdapat pelabuhan di kawasan Lhokseumawe atau disebut Teluk. Dalam sejarah pada zaman Belanda itu dinamai teluk Seumawe. Dari sanalah kemudian rempah Aceh dikirim hingga ke Eropa.
Wilayah pelabuhan itu merupakan teluk, peta dari zaman Belanda ada Teluk Seumawe. Sentral rempah di situ sejak Kerajaan Samudera Pasai.
Sayangnya, aktivitas perdagangan di Lhokseumawe mengalami kemunduran akibat konflik Kerajaan Samudera Pasai dengan Portugis dan Kerajaan Aceh. Saat itu, Lhokseumawe mendapatkan serangan dari berbagai wilayah.