Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi tahunan (year-on-year/yoy) di Aceh pada Desember 2023 sebesar 1,53 persen, dengan penyumbang paling dominan yaitu komoditas beras.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution, Selasa, mengatakan inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen (IHK) secara yoy gabungan dari tiga kota di Aceh, dari IHK sebesar 115,35 pada Desember 2022 menjadi 117,11 pada Desember 2023.
“Komoditas yang memberi andil dominan terhadap kenaikan harga (inflasi) year-on-year ialah beras sebesar 0,66 persen,” kata Ahmadriswan di Banda Aceh.
BPS mengukur inflasi berdasarkan tiga kota IHK di Aceh. Pada Desember 2023 secara yoy, Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 1,53 persen, Meulaboh inflasi 1,42 persen, dan Lhokseumawe inflasi sebesar 1,56 persen.
Selain beras, lanjut dia, komoditas yang turut memberi andil inflasi secara yoy di Aceh pada Desember 2023 yakni rokok kretek filter sebesar 0,26 persen, cabai merah sebesar 0,24 persen dan emas perhiasan 0,23 persen.
“Inflasi year-on-year pada Desember 2023 di Aceh sebesar 1,53 persen, pencapaian ini lebih rendah dibanding (inflasi) secara nasional sebesar 2,61 persen,” katanya.
Dari masing-masing kota IHK di Aceh, komoditas yang memberi andil tertinggi inflasi secara yoy cenderung sama, yaitu mulai dari beras, rokok kretek, cabai merah hingga emas perhiasan.
Sementara untuk month-to-month/mtm, Aceh mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, dengan andil tertinggi yakni komoditas angkutan udara. Pada bulan itu, adanya kenaikan IHK secara mtm dari sebesar 117,01 pada November 2023 menjadi 117,11 pada Desember 2023.
“Komoditas yang memberi andil dominan terhadap kenaikan harga (inflasi) yakni angkutan udara sebesar 0,10 persen,” katanya.
Secara mtm, kata dia, pada Desember 2023 Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,25 persen, Meulaboh deflasi 0,67 persen, dan Lhokseumawe inflasi sebesar 0,12 persen.
Selain angkutan udara, komoditas yang juga memberi andil inflasi yakni bawang merah sebesar 0,08 persen, emas perhiasan 0,05 persen, dan beras 0,04 persen.
“Komoditas yang memberikan andil terhadap penurunan harga (deflasi) yaitu cabai merah 0,17 persen, ikan tongkol 0,09 persen, ikan dencis 0,07 persen dan cumi-cumi sebesar 0,04 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menambahkan, BPS mencatat dalam lima tahun terakhir bahwa inflasi tertinggi terjadi pada September 2022 sebesar 7,38 persen secara yoy, yang diakibatkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kemudian, inflasi tinggi di Aceh juga terjadi pada Februari 2023 sebesar 6,71 persen yang dipicu kenaikan harga komoditas beras, ikan tongkol, dan cabai merah.
“Informasi ini yang menjadi pengetahuan kita untuk bagaimana melakukan pengendalian di tahun 2023,” ujarnya.
Adapun beberapa komoditas yang kerap menyumbang andil tertinggi terhadap inflasi maupun deflasi di Aceh yaitu bawang merah, udang basah, beras, ikan dencis, rokok kretek, dan cabai merah.
Baca juga: Nagan Raya Aceh gelar pasar pangan murah kendalikan inflasi