Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Islam adalah agama kolektif yang mewajibkan setiap umatnya untu‎k selalu berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai bagian dari ibadah dalam kehidupan sehari-hari dengan amar makruf nahi munkar yang dilakukan secara berjamaah. Karena manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri tanpa tolong menolong antar sesama, terlebih dalam kebaikan dan takwa.
Allah tidak membenarkan hambanya bersikap egois dengan mementingkan diri sendiri yang berbuat amal saleh dan kebaikan hanya cukup untuk dirinya sendiri, lalu bersikap cuek dan mengabaikan sesama muslim yang masih bermaksiat dan berbuat kemungkaran di sekitarnya.
Berdakwah, amar makruf nahi mungkar, mengajak manusia menuju kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Bahkan ia menjadi syarat mutlak umat ini disebut sebagai khairu ummah.
‎Dalam kondisi seperti ini, Allah menyerukan kepada kita setiap muslim untuk mengambil kedudukan muslihun sebagai posisi penyelamat umat yaitu orang-orang yang berbuat kebaikan untuk dirinya dan juga orang lain.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz Ahmad Rizal, Lc MA (Imam Besar Masjid Jamik Lueng Bata, Banda Aceh) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (3/5) malam.
"‎Kita harus saleh dan muslih. Tidak cukup hanya saleh dia kepada Allah saja, tapi juga muslih kepada sesama manusia‎. Jadilah muslihun, yaitu orang-orang yang tidak hanya beramal saleh sendiri, tetapi juga sekaligus mengajak orang lain untuk berbuat kesalehan dan mengingatkan orang lain agar tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan dan kemungkaran," ujar Ustaz Ahmad Rizal.
‎Ditambahkannya, sebagai manusia muslih, banyak kewajiban terhadap sesama yang mesti dikerjakan. Baik terhadap anggota keluarganya, maupun masyarakat sekitarnya. Sebenarnya orang yang hanya memikirkan kesalehan pribadi telah memanipulasi kesalehan itu sendiri. Ia tidak memahami hakikat kesalehan dan makna ibadah dengan sebenar-benarnya.
Karena pribadi mukmin yang muslih, adalah pribadi yang hatinya terluka ketika melihat kemaksiatan orang-orang di sekitarnya. Hatinya tercabik melihat kemungkaran dan berbuat dosa yang merajalela, dan hatinya terkoyak menyaksikan berbagai kesyirikan dalam tubuh umat ini. Sehingga ia melakukan perbaikan dengan beramar makruf nahi munkar untuk menyelamatkan saudara-saudaranya. Kepekaan seperti inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Kehadiran orang-orang muslih ini juga sebenarnya menjadi penyelamat bagi umat manusia dari kemurkaan Allah‎. Karena, tidak ada yang dapat menjaga keamanan suatu negeri dari azab Allah melebihi orang muslih dan dai yang senantiasa mengajak berbuat baik dan perbaikan umat di muka bumi.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Hud ayat 117 yang artinya: "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat dan mengadakan perbaikan".
Orang-orang muslih ini dalam kehidupannya melakukan perbaikan umat lebih mengutamakan akhlak‎ yang baik dengan keluarga, orang tua dan masy‎arakat.
Seorang muballigh, misalnya akhlak tidak hanya saat ceramah. Jangan ketika ia menyampaikan ceramah kewajiban suami istri, tapi di rumah tiap hari ribut dan kasar dengan istri dan anaknya. Begitu juga ketika ceramah tentang berbakti kepada orang tua, tentu juga jangan sampai berprilaku tidak baik kepada orang tua.
‎
"Jangan sampai kita sebagai penyeru kebaikan, mengatakan yang tidak perbuat.‎ Jangan hanya baik waktu ceramah, tapi tingkah laku sehari-hari di rumah dengan keluarga atau di masyarakat tidak seperti itu.‎ Jangan sampai di luar baik, tapi di dalam tidak," terang alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini seraya menambahkan, sehebat dan secantik apapun seseorang, nol nilainya tanpa akhlak.
Pada pengajian yang turut dihadiri Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, H. Mulyadi Nurlin, Lc, MH dengan tema ''Kewajiban Menjadi Orang-Orang yang Muslih'', Ustaz Akhmad Rizal juga menyampaikan bagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai sebagai contoh manusia yang Salih dan Muslih sehingga patut menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia.
Baginda Nabi Muhammad Saw sebelum diutus begitu dicintai oleh kaumnya karena dirinya adalah manusia yang saleh. Namun, setelah diutus sebagai Rasul dan menjadi seorang muslih. Muslih disini dapat diartikan sebagai seorang yang reformis atau orang yang membawa perubahan.
Ust. Ahmad Rizal menceritakan, para sahabat mengetahui bagaimana mulianya akhlak Rasulullah saat berada di luar rumah ataupun di tengah-tengah masyarakat. Namun, para sabahat ingin mengetahui bagiamana akhlak beliau ketika berada di rumah.
Untuk mengetahui hal tersebut, sahabat mendatangi rumah Rasulullah dan menjumpai Ummul Mukminin, Aisyah RA dan menanyakan bagaimanakah akhlak Rasulullah saat berada di rumah. Aisyah menjawab, ''Akhlak Rasulullah SAW adalah Al Quran".