Blangpidie (ANTARA Aceh) - Harga pala basah di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, saat ini Rp20 ribu atau mengalami kenaikan 17 persen dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp17 ribu/Kg.
Yusuf, pedagang pengumpul di Blangpidie, Selasa menyatakan, naiknya harga komoditi unggulan daerah itu karena produksi semakin hari terus berkurang.
Disebutkan, harga pala basah terus mengalami kenaikkan, pada akhir 2016 harganya Rp14 ribu kemudian menjelang pada awal Juni 2017 naik menjadi Rp17 ribu/Kg.
"Memasuki bulan puasa Ramadhan lalu perlahan-lahan terus mengalami kenaikan hingga kini sudah mencapai Rp20 ribu/Kg," ujar dia.
Menurut Yusuf, kenaikkan harga pala basah tersebut karena permintaan minyak pala akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan. Sementara, hasil produksi dari petani semakin hari terus berkurang karena tanaman pala diserang hama penyakit.
Akibat hama, ribuan tanaman pala di sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Abdya mati mendadak. Selain berimbas minimnya hasil produksi juga berefek terhadap pendapatan masyarakat di pedesaan yang selama ini bergantung hidup pada tanaman pala.
"Kalau dulu dalam satu hari saja saya mampu mengumpulkan pala basah dari petani mencapai 2 ton. Kalau sekarang mana dapat lagi segitu, paling-paling 100 kilogram, itupun sulit kita dapatkan," katanya.
Kamaruddin, petani pala, warga Desa Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, mengaku selama tanaman pala miliknya banyak yang mati akibat diserang hama penyakit, ekonomi rumah tangganya menjadi morat-marit.
"Selama tanaman pala mati pendapatan turun, jangankan untuk membiaya anak-anak sekolah untuk kebutuhan rumah tangga saja terkadang tidak mencukupi lagi, karena pendapatan tidak ada lagi, hanya mengandalkan tanaman padi di sawah," tutur dia.
Ia mengaku, tanaman pala miliknya seluas dua hektare di kawasan pengunungan Desa Ie Lhob sejak beberapa tahun terakhir mati secara mendadak akibat diserang hama penyakit.
Meskipun telah dilakukan upaya pengendalian oleh pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan dengan cara menggunakan bahan kimia ataupun racun serangga sistemik, hama penggerek batang pala tetap juga membandel dan tanaman terus mengalami kematian.
"Sejak tanaman pala mati, saya sudah jarang pergi ke kebun. Saya sudah malas untuk menanam kembali tanaman itu, sebab sudah ditanam, tanaman mulai berbunga, hama datang lagi menyerang," ujar dia.