Jakarta (ANTARA) - Lembaga kemanusian Aksi Cepat Tanggap (ACT) menargetkan 1.000 kantong darah untuk membantu kebutuhan darah para korban eskalasi serangan Israel di Gaza.
"Sejak September 2019, ACT telah menargetkan ketersediaan 1.000 kantong darah untuk kebutuhan pasien-pasien di Gaza," kata Global Humanity Response-ACT Andi Noor Faradiba melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan hingga Desember 2019 lembaga kemanusian tersebut berharap 1.000 kantong darah mampu memenuhi jumlah kebutuhan darah di Gaza.
Hingga saat ini, bantuan penyediaan bank darah yang diinisiasi ACT juga dimanfaatkan untuk warga Gaza yang menjadi korban serangan. Kolaborasi ACT dengan Central Blood Association di Khan Younis Gaza tersedia di banyak titik di jalur Gaza yaitu di universitas, masjid dan tempat umum lainnya.
Selain menyediakan dan menargetkan 1.000 kantong darah, ACT juga terus memberikan perawatan intensif kepada para korban di Gaza. Kemudian, bantuan peralatan rumah tangga juga diberikan untuk korban yang rumahnya mengalami kerusakan akibat serangan.
Sejak serangan terjadi pada Selasa (12/11), relawan dan mitra ACT di Gaza terus bergerak turut memberikan dukungan medis. Bantuan yang diberikan yaitu kruk dan kursi roda.
"Kami masih terus memberikan pelayanan kepada para korban. Di samping bantuan pascaserangan, ACT juga masih menjalankan program bantuan pangan bagi penduduk Gaza," katanya.
Sementara itu, peneliti konflik Gaza Khodor Aldara mengatakan penjajahan yang dilakukan Israel sangat mempersulit masyarakat. Warga yang tinggal tidak diperbolehkan membawa masuk barang apapun termasuk perlengkapan medis.
"Dengan serangan ini makin lengkap penderitaan warga setempat akibat kekurangan alat medis dan obat-obatan," ujar dia.
ACT mengajak masyarakat dermawan untuk bersama membantu warga terdampak konflik kemanusiaan di Palestina. Para donatur dapat berdonasi langsung melalui tautan www.indonesiadermawan.id/PalestineUnderAttack.