Sorong, Papua Barat (ANTARA) - Perempuan dalam tatanan adat masyarakat di Papua disebut sebagai perawat kehidupan, sebab perempuan Papua mempunyai peranan yang sangat besar yakni mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) untuk keberlangsungan hidup keluarganya.
Perempuan Papua yang mendiami wilayah pesisir bentang laut kepala burung di Provinsi Papua Barat menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam perairan. Sebab itu, para akademisi dan lembaga konservasi mengampanyekan agenda "Menjaga Laut Selamatkan Kehidupan Perempuan Papua".
Perempuan Papua wilayah pesisir tidak sepenuhnya berharap kepada suaminya untuk melaut mencari ikan guna memenuhi kebutuhan hidup.
Mereka juga ke laut mencari ikan dengan cara memancing secara tradisional, bahkan mencari siput untuk diolah menjadi makanan bagi konsumsi anak-anaknya.
Akademisi Universitas Papua, Selvi Tebay mengatakan bahwa dalam tatanan hidup masyarakat adat Papua perempuan ibarat tanah yang memberikan kehidupan bagi semua makhluk ciptaan Tuhan.
Artinya, perempuan Papua mempunyai peranan yang sangat luar biasa dalam merawat kehidupan, di mana perempuan Papua di wilayah pesisir dapat melakukan peran yang sama halnya dengan laki-laki.
Menurut dia, pada wilayah bentang laut kepala burung, nelayan bukan hanya pekerjaan lelaki tetapi perempuan juga bisa menjadi nelayan. Perempuan juga memanfaatkan sumber daya alam perairan untuk menghidupi keluarganya.
Hanya saja wilayah pencarian mereka terbatas, tidak seperti kaum lelaki yang menggunakan perahu berlayar jauh mencari ikan. Perempuan juga menggunakan perahu memancing ikan tapi hanya di wilayah pesisir pantai.
"Ada pula yang mencapai siput atau dengan istilah tradisional meti di pesisir pantai untuk kebutuhan konsumsi keluarga sambil menunggu suami yang berlayar jauh mencari ikan," kata Selvui Tebai pada kegiatan dialog interaktif Hari Laut se-Dunia pada 18 Juni 2021.
Peranan perempuan Papua yang luar biasa tersebut tidak tidak menjamin mereka dapat duduk sama-sama kaum lelaki dalam musyawarah menentukan kebijakan dalam berbagai komunitas.
Jarang dilibatkan
Meskipun mempunyai peranan yang sangat luar biasa dalam merawat kehidupan, namun perempuan Papua jarang dilibatkan dalam setiap proses musyawarah untuk pengambilan keputusan di mana ia berada.
Selvi Tebay menjelaskan bahwa perempuan Papua jarang dilibatkan dalam musyawarah pengambilan keputusan pada setiap komunitas yang ada di daerah itu. Hal ini dikarenakan peranan perempuan Papua dalam adat belum diakui, bahkan dianggap bertentangan dengan tradisi yang sudah ada.
Namun baginya, peranan perempuan sangatlah penting dalam proses musyawarah sebab itu menjadi dasar pembelajaran yang akan diturunkan kepada anak-anaknya.
"Seharusnya perempuan Papua juga mendapat kesempatan yang sama dengan lelaki dalam setiap forum musyawarah penentuan kebijakan baik dalam komunitas kecil maupun besar," katanya.
Meski demikian, peranan perempuan Papua sangat besar dalam aktivitas konservasi di wilayah pesisir bentang laut kepala burung Papua Barat. Bahkan perempuan lebih aktif menanamkan budaya menjaga alam bagi generasi yang dilahirkan.
Awaludinnoer dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara pada kegiatan dialog interaktif tersebut mengatakan bahwa perempuan Papua sangat sedih jika mendengar terjadi pengeboman ikan di perairan wilayah bentang laut kepala burung Papua Barat.
Bahkan perempuan Papua gelisah tidak tenang dan terus memikirkan nasibnya dan anak-anaknya jika wilayah perisai yang menjadi tempat mencari makan rusak.
Dia mengatakan pula bahwa perempuan Papua wilayah bentang laut kepala burung Papua Barat terlihat aktif dalam budaya Sasi atau tradisi pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan demi kehidupan generasi di masa yang akan datang.
Contohnya, seperti di wilayah Misool, Kabupaten Raja Ampat kaum perempuan terlibat aktif dalam kearifan lokal Sasi guna pelestarian sumber daya alam laut bagi kehidupan generasi di masa yang akan datang.
Sasi adalah tradisi masyarakat adat di wilayah bentang laut kepala burung Papua Barat, terutama di Kabupaten Raja Ampat memperkuat perlindungan terhadap sumber daya alam perairan, terutama biota laut seperti teripang, lola, lobster, kima, dan penyu.
Keterlibatan perempuan dalam kearifan lokal Sasi untuk menjaga kelestarian ekosistem laut, menunjukkan komitmen mereka untuk tetap mempertahankan kawasan pesisir tempat mencari makan bagi kebutuhan hidup keluarganya.
Dampak positif keterlibatan kaum perempuan dalam kearifan lokal tersebut adalah kemajuan konservasi sebab kaum perempuan yang lebih dominan mentransfer ilmu kepada anak yang mereka lahirkan.
Patroli menjaga laut
Tidak hanya mencapai dan memanfaatkan sumber daya alam laut untuk kehidupan keluarga, perempuan Papua juga terlibat dalam aktivitas konservasi, terutama patroli kawasan yang selama ini dilakukan oleh kaum laki-laki.
Hal itu nyata terjadi di Kepulauan Pam, Kabupaten Raja Ampat di mana kelompok ekonomi kreatif yang dibentuk oleh Conservation International Indonesia menggantikan peranan laki-laki untuk melakukan patroli kawasan konservasi dengan menggunakan "speed boat" patroli.
Meidiarti Kasmidi dari Conservation International Indonesia menceritakan bahwa awalnya kelompok Kepulauan Pam yang didampingi adalah kelompok ekonomi kreatif yang membuat sabun berbahan baku kelapa dan minyak kelapa murni atau VCO.
"Namun karena gerakan hati untuk menjaga alam sehingga mereka juga membantu lelaki untuk melakukan aktivitas patroli menjaga kawasan konservasi perairan yang merupakan tempat mencari makan," katanya.
Dia mengatakan bahwa keterlibatan kaum perempuan di Kepulauan Pam Raja Ampat untuk melakukan patroli menjaga kawasan perairan karena tidak ingin alam mereka mencari ikan maupun siput guna memenuhi nutrisi keluarga rusak.
Peranan perempuan dalam aktivitas konservasi sangat penting sebab perempuan lebih dekat dengan generasi yang dilahirkan sehingga perilaku menjaga alam terwarisi kepada anaknya dan generasi ke depan.
Selamatkan kehidupan perempuan Papua dengan menjaga laut
Senin, 21 Juni 2021 16:27 WIB