Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar mencatat kurang lebih seribu hektar lahan padi di daerah tersebut sempat terserang penyakit kresek (kemerahan di pucuk padi), namun berhasil dipulihkan.
"Padi di Aceh Besar terserang penyakit kresek, atau merah di pucuk, tapi alhamdulillah sekarang sudah tertangani," kata Kabid Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Aceh Besar Fahrizal, di Aceh Besar, Jumat.
Fahrizal menyampaikan, serangan penyakit kresek tersebut sedikit parah, hal itu karena sudah terpapar sejak dari awal proses pembibitan. Meski demikian yang terkena tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan luas tanam sekitar 20 ribu hektare tahun ini.
Kata Fahrizal, faktor terserangnya penyakit kresek tersebut karena pengaruh dari masyarakat petani yang masih menggunakan varietas lokal, atau yang belum berlabel, dan tidak lulus sertifikat benih, sehingga padi mudah terkena penyakit.
"Kedua juga pengaruh alam, karena cuaca panas belakangan ini, bahkan itu bisa memicu penyakit jamur pada padi semacam penyakit kresek ini," ujarnya.
Fahrizal menyebutkan, padi yang terserang penyakit kresek itu tersebar di berbagai wilayah yakni di Kecamatan Montasik, Kuta Baro, Darussalam, Kota Jantho, Cot Glie dan Indrapuri.
"Jadi ada beberapa lokasi yang terkena, bahkan seperti Indrapuri juga ada masalah hama tikus, tetapi tidak terlalu parah," katanya.
Meski demikian, lanjut Fahrizal, serangan penyakit kresek tersebut sudah tertangani dengan baik menggunakan bahan seperti pestisida dan herbisida, serta dilaksanakan penyemprotan massal menangani penyakit itu.
"Karena cepat tertangani maka tidak berpengaruh pada hasil panen kita pada musim tanam gadu ini, apalagi sudah kita tangani sejak dari pertama.
Dalam kesempatan ini, Fahrizal juga menuturkan bahwa penyuluh sudah berperan maksimal di lapangan, karena itu diharapkan panen musim ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
"InsyaAllah kita akan mencapai target panen maksimal, sehingga petani tetap bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 ini," demikian Fahrizal.