Maka tidak heran, sekolah yang dipimpinya saat ini memiliki kelengkapan perangkat sekolah yang sangat mendukung dalam IT, sehingga pada tahun ajaran 2014/2015 dipercayakan sebagai salah satu sekolah mewakili Provinsi Aceh dalam pelaksanaan UN Online Computer Besed Test (CBT).
Pria kelahiran Batu Sangkar, Sumatera Barat, 6 Desember 1960 ini menjelaskan, semula dirinya tidak optimis dengan kondisi sekolah dipimpinnya itu untuk mengikuti UN Online CBT serentak di Indonesia.
Dengan tekat untuk meraih sebuah kesuksesan serta dengan dorongan para pengajar mewujudkan sekolah berbasis IT dilaksanakan, meski dengan keterbatasan sarana dan prasarana dimiliki dapat dimanfaatkan dengan perpaduan pengetahuan dirinya.
"Alhamdulillah dengan semua kerja keras kita bersama guru UN Online CBT dapat kita laksanakan dengan sukses, ke depan harapan kita ada penambahan prasarana sekolah sehingga mampu bersaing dengan sekolah di kota-kota besar yang sudah lebih awal maju," katanya.
Lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia pada Universitas Negeri Padang (UNP) ini mengakui sejak bertugas di Aceh pada 1984 dirinya melihat peluang besar akan tumbuh pesat berbagai disiplin ilmu pengetahuan apabila serius untuk dikembangkan.
Untuk itu dirinya mengabdikan diri (guru kontrak) pada sekolah STM atau dengan nama saat ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Meulaboh, sejak itu dirinya membangun berbagai terobosan penerapan dan pengembangan disiplin ilmu sekolah dalam praktikum belajar sampai 2005.
Saat ini sekolah tersebut sudah menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam mencetak tenaga kerja terampil dalam berbagai disiplin ilmu seperti otomotif, perbengkelan, arsistektur bahkan saat ini sekolah itu diungulkan di Provinsi Aceh.
Ayah dari enam orang anak ini mengakui betapa sulit melupakan saat-saat memimpin sekolah tersebut yang dulunya sarana pendidikan di Aceh masih begitu terbatas dan kekurangan, belum lagi saat itu daerah “Serambi Meukah†dilanda konflik bersenjata.
"Pengalaman yang sulit saya lupakan mungkin saat Aceh dilanda konflik, saat itu juga dunia pendidikan di Aceh Barat begitu terpuruk oleh ketidak nyaman masyarakat, namun tekat saya sudah bulat saya mengabdi untuk negara di sini maka saya tidak minta untuk dipindahkan kemana lain," imbuhnya.
Lulusan terbaik
Terhitung 2013, Pemkan Aceh Barat mempercayakan kembali dirinya menjadi Kepala SMKN 1 Meulaboh sampai saat ini setelah beberapa tahun sebelumnya dipercayakan sebagai tenaga pengawas pada Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh Barat, terasa hidupnya kurang berkreatif sebab berkerja di kantor.
Mungkin tidak banyak ditemukan kepala sekolah di wilayah setempat yang memimpin sekolah sejalan dengan disiplin ilmu maupun prestasi yang dicapai, akan tetapi dirinya merupakan salah satu dari lulusan terbaik Program Percepatan Guru SMK se Indonesia.
Bila dilihat dari raut wajahnya pria ini sulit untuk diajak bicara, namun tidak bagi orang yang sudah mengenalnya lebih dekat, dalam setiap bicara selalu dalam keadaan tersenyum meskipun setiap pembicaraan apa yang disampaikan jarang terdapat rumor.
Di temui disela-sela memantau pelaksanaan UN Online CBT di sekolahnya bersama sejumlah wartawan dirinya terbuka untuk membahas dunia pendidikan, tidak memandang lawan bicara lebih muda ataupun tidak mengerti persoalan dunia pendidikan.
Apapun saran dan pendapat disampaikan lawan bicara tidak dibantah, namun dirinya selalu memberi suatu contoh dan pengalaman yang baik dalam menghadapi berbagai perilaku siswa.
"Banyak siswa yang nakal saya temui disekolah ada yang sampai pernah melakukan ulah sampai hampir tidak bisa dimaafkan, namun dengan kearifan pimpinan ternyata siswa saya ini malah dia yang berhasil saat ini," jelasnya.
Menurut dia siswa yang nakal memiliki sebuah kelebihan dibandingkan siswa lain, karena itu butuh upaya dilakukan pihak sekolah mengarahkan, mendidik kenakalannya itu dengan benar, bukan memberi hukuman sampai siswa tidak berkesempatan melanjutkan pendidikan atau dikeluarkan dari sekolah.
Hal-hal demikian ini menuru Jufrinal yang sulit dilakukan oleh tanaga pengajar saat ini, ketika melihat prilaku yang tidak baik pada tubuh siswa malah diberikan hukuman yang dapat berpotensi memicu munculkan perilaku semakin buruk bagi siswa bersangkutan.
Karenanya bukan tidak boleh seorang guru memberi sedikit efek jera kepada siswa yang mungkin berprilaku buruk diantara teman-temannya, namun apapun kebijakan diberikan haruslah sesuai dengan teori pendidikan yang bermanfaat untuk masa depan anak didik.
Menyinggung pelaksanaan UN, ia menyatakan, secara umum berjalan lancer, khususnya berbasis internet.
“Secara umum pelaksanaan UN CBT di Meulaboh, khususnya di SMKN 1 Meulaboh berjalan lancer tidak ada kendala, walaupun sebagain anak-anak ada yang mengeluhkan waktu yang terlalu panjang, sampai tiga sesi†ujarnya.
Jufrinal menambahkan, untuk proses pelaksanaan UN tiga sesi tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat karena sekolah keterbatasan sarana pendukung.
"Benar untuk UN kita laksanakan dalam tiga sesi sesuai arahan pusat, disini kita masih mendingan karena fasilitas 1:3 sementara di sekolah lain ada yang mesti gunakan alat leptop siswa," katanya.
Pada UN serentak 13-15 April 205, di Kabupaten Aceh Barat terdapat dua sekolah yang dijadikan pilot projek pelaksanaan UN online CBT yakni SMKN 1 Meulaboh dan SMAN 4 Wira Bangsa dengan total peserta 258 orang siswa dan satu lagi SMKN I Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil dengan total keseluruhan 339 orang siswa.
Pada SMKN 1 Meulaboh diikuti oleh 168 orang terbagi dalam tiga sesi, untuk sesi pertama diikuti sebanyak 60 orang siswa terbagi dalam tiga ruang sejak pukul 07.30 WIB sampai 11.00 WIB.
Kemudian untuk sesi ke dua ikuti sebanyak 60 orang siswa dalam tiga ruangan yang sama sejak pukul 11.00 WIB sampai 13.00 WIB, kemudian sesi ketiga diikuti sebanyak 48 siswa dimulai pukul 14.00 WIB sampai 16.00 WIB.
"Walaupun para siswa ini bergantian menggunakan komputer yang sama namun soalnya berbeda, jadi tidak ada pengaruh ada kebocoran soal UN, sampai sejauh ini belum ada kendala apapun," katanya menambahkan.
Sejak berlangsungnya UN online CBT pada dua sekolah di Aceh Barat terpantau tidak ada kendala, pihak sekolah menyediakan monitor CCTV untuk mengawasi kegiatan siswa dari luar ruangan, serta mesin cadangan listrik.