Langsa (ANTARA Aceh) - Tiga anak di bawah lima tahun (Balita), pengungsi etnis Rohingya, Myanmar, yang berada di kamp penampungan sementara di Desa Bayeun Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dirawat intensif, karena terjangkit penyakit diare.
Tim kesehatan yang berada di lokasi langsung menangani ketiga balita itu. Karena kondisinya yang lemah dan telah berulang kali buang air besar. Lantas, diputuskan untuk dilarikan ke Puskesmas Bayeun yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi.
Wakil Bupati Aceh Timur, Syahrul Bin Syama’un mengatakan, kondisi kesehatan para pengungsi imigran itu memang sangat rentan terkena penyakit.
Direncanakan, hari ini dilakukan check up kesehatan untuk 433 orang "manusia perahu" yang ada di kamp penampungan itu.
"Sejak diselamatkan Rabu pagi memang belum dilakukan pengecekan terhadap kesehatan mereka (imigran-red). Hari ini akan dilakukan cek kesehatan oleh tim kesehatan," terang Wabup.
Pantauan wartawan, sejumlah pengungsi Myanmar dan Bangladesh itu memang sangat lemah kondisinya. Terlebih mereka telah terlunta-lunta di lautan untuk beberapa waktu lamanya.
Sebanyak 433 orang "manusia perahu" asal Myanmar dan Bangladesh yang sebelumnya ditampung sementara di Desa Simpang Lhee Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, kini telah dipindahkan ke lokasi bekas pabrik kertas di Desa Bayeun Kecamatan Rantau Selamat, Rabu (20/5) sore.
Wakil Bupati Syahrul mengatakan, awalnya para pengungsi itu dipindahkan dari Julok ke lokasi yang lebih bagus di gedung Badan Pelatihan Kerja (BLK) yang terletak di Lhok Banie Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa yang merupakan asset Aceh Timur.
"Karena tidak tersedianya tempat yang memadai, maka kita pindahkan agar mudah mengurusi para imigran itu dalam satu lokasi yang steril," kata Syahrul.
Namun, lanjut dia, Pemerintah Kota Langsa enggan memberikan akses masuk menuju gedung BLK tersebut, dan menahan rombongan pengungsi yang diangkut dengan truk polisi di perbatasan antara Kota Langsa dan Aceh Timur.
"Kita tak tau alasan Pemko Langsa tidak memberi izin pengungsi itu masuk ke Langsa. Tidak ingin ribut, akhirnya menampung sementara di bekas pabrik kertas yang ada di Bayeun ini," jelas Wabup.
Ini kita tempatkan sementara, besok pagi sekitar jam 09.00 WIB akan ada rapat koordinasi antara pihak terkait mencari solusi dimana lokasi yang representatif," ujar Wabup.
Ia menambahkan, pihaknya membantu para imigran Rohingya ini atas dasar kemanusiaan.
Sebanyak 360 orang pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh kini berada di penampungan sementara Desa Simpang Lhee Kecamatan Julok Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Rabu (20/5). Para pengungsi itu berhasil diselamatkan oleh nalayan setempat.
Tim kesehatan yang berada di lokasi langsung menangani ketiga balita itu. Karena kondisinya yang lemah dan telah berulang kali buang air besar. Lantas, diputuskan untuk dilarikan ke Puskesmas Bayeun yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi.
Wakil Bupati Aceh Timur, Syahrul Bin Syama’un mengatakan, kondisi kesehatan para pengungsi imigran itu memang sangat rentan terkena penyakit.
Direncanakan, hari ini dilakukan check up kesehatan untuk 433 orang "manusia perahu" yang ada di kamp penampungan itu.
"Sejak diselamatkan Rabu pagi memang belum dilakukan pengecekan terhadap kesehatan mereka (imigran-red). Hari ini akan dilakukan cek kesehatan oleh tim kesehatan," terang Wabup.
Pantauan wartawan, sejumlah pengungsi Myanmar dan Bangladesh itu memang sangat lemah kondisinya. Terlebih mereka telah terlunta-lunta di lautan untuk beberapa waktu lamanya.
Sebanyak 433 orang "manusia perahu" asal Myanmar dan Bangladesh yang sebelumnya ditampung sementara di Desa Simpang Lhee Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, kini telah dipindahkan ke lokasi bekas pabrik kertas di Desa Bayeun Kecamatan Rantau Selamat, Rabu (20/5) sore.
Wakil Bupati Syahrul mengatakan, awalnya para pengungsi itu dipindahkan dari Julok ke lokasi yang lebih bagus di gedung Badan Pelatihan Kerja (BLK) yang terletak di Lhok Banie Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa yang merupakan asset Aceh Timur.
"Karena tidak tersedianya tempat yang memadai, maka kita pindahkan agar mudah mengurusi para imigran itu dalam satu lokasi yang steril," kata Syahrul.
Namun, lanjut dia, Pemerintah Kota Langsa enggan memberikan akses masuk menuju gedung BLK tersebut, dan menahan rombongan pengungsi yang diangkut dengan truk polisi di perbatasan antara Kota Langsa dan Aceh Timur.
"Kita tak tau alasan Pemko Langsa tidak memberi izin pengungsi itu masuk ke Langsa. Tidak ingin ribut, akhirnya menampung sementara di bekas pabrik kertas yang ada di Bayeun ini," jelas Wabup.
Ini kita tempatkan sementara, besok pagi sekitar jam 09.00 WIB akan ada rapat koordinasi antara pihak terkait mencari solusi dimana lokasi yang representatif," ujar Wabup.
Ia menambahkan, pihaknya membantu para imigran Rohingya ini atas dasar kemanusiaan.
Sebanyak 360 orang pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh kini berada di penampungan sementara Desa Simpang Lhee Kecamatan Julok Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Rabu (20/5). Para pengungsi itu berhasil diselamatkan oleh nalayan setempat.