Aceh Tamiang (ANTARA) - Anggota DPRK Aceh Tamiang Jayanti Sari menyesalkan dan menerima laporan ada sekolah di kabupaten itu menjadi kandang ternak seperti sapi maupun kambing milik masyarakat.
"Kami menerima banyak laporan hewan ternak sapi dan kambing milik warga masuk ke lingkungan sekolah. Kami menyesalkan kondisi ini karena sekolah sudah menjadi kandang ternak," kata Jayanti Sari di Aceh Tamiang, Kamis.
Sebelumnya, Jayanti Sari melakukan reses di SMP Negeri 3 Seruway, Aceh Tamiang. Dalam reses tersebut, Anggota DPRK Aceh Tamiang ini melihat kondisi sekolah tersebut sudah seperti kandang ternak.
Tidak hanya itu, sambung Jayanti Sari pihak sekolah juga mengeluhkan kekurangan murid kepada anggota dewan. Salah satu faktor pemicu maraknya binatang ternak warga berkeliaran dilingkungan sekolah. Hal itu membuat sekolah yang berdiri 2007 itu tidak lagi diminati siswa lagi.
Jayanti Sari mengatakan hewan ternak tersebut masuk ke kompleks sekolah pada sore hari saat tidak ada aktivitas di sekolah. Selain itu, masuknya hewan ternak disebabkan tidak terlalu banyak aktivitas sekolah karena kekurangan murid.
"Pihak sekolah mengeluh kepada kami karena kekurangan anak didik, sehingga memicu maraknya hewan ternak masuk kompleks sekolah," kata Jayanti Sari.
Sedangkan masyarakat, kata Jayanti Sari, beralasan tidak berminat menyekolahkan anaknya di sekolah yang banyak ternaknya karena merasa tidak nyaman, terganggu dengan kotoran sapi maupun kambing.
Oleh karena itu, Jayanti Sari meminta kepada perangkat kampung setempat untuk membuat resam atau peraturan adat kampung sebagai sanksi kepada pemilik ternak yang masuk fasilitas umum, seperti sekolah.
Kepala SMP Negeri 3 Seruway Kurnia Rahmianum mengatakan lingkungan sekolah yang dipimpinnya tidak nyaman lagi karena tercemar kotoran hewan ternak.
"Masuknya hewan ternak ke perkarangan sekolah membuat program penghijauan tidak bisa dilakukan. Sebab, semua tanaman dimakan hewan ternak tersebut," kata Kurnia Rahmianum.
Menurut Kurnia Rahmianum, kondisi tersebut karena sekolah tidak memiliki pagar yang utuh untuk mencegah hewan ternak masuk perkarangan. Pihak sekolah mengusulkan pembangunan pagar, namun ditolak karena dianggap bukan skala prioritas.
"Kami berharap DPRK Aceh Tamiang memperjuangkan pembangunan pagar sekolah. Kami sudah tidak sanggup lagi menghadapi hewan ternak masuk ke perkarangan sekolah," kata Kurnia Rahmianum.