Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh berkeinginan Aceh bisa menjadi kiblat fesyen muslim di Indonesia bahkan sampai ke Asia Tenggara.
"Ini sangat mungkin karena sebagaimana kita ketahui Aceh mayoritas muslim dan mestinya fesyen muslimah itu berkiblat di Aceh," kata Kabid Sejarah dan Nilai Budaya, Evi Mayasari.
Ia menjelaskan untuk mewujudkan tersebut maka perlu mengatakan hal tersebut tidak dapat kolaborasi bersama dengan para pelaku industri fesyen dan pemangku kepentingan lainnya.
"Sejak tahun 2017, Disbudpar mulai menata dan membangun ekosistem fesyen di Aceh dengan cara memberikan pelatihan, mencari bibit perancang busana yang baru, serta berusaha membangun jejaring dengan beberapa pemangku kepentingan lainnya, salah satunya dengan Bank Indonesia," katanya.
Kepala Implementasi Bank Indonesia, Leny Novita, juga mengatakan industri fesyen muslim merupakan salah satu kekuatan besar yang dimiliki Indonesia sehingga bisa menjadi industri yang sangat menjanjikan di Aceh.
"Data dari Global Islamic Ekonomi menujukkan bahwa indikator fesyen muslim Indonesia memiliki poin sebesar 34,26 mengunggulli rata-rata global, yaitu 17,55," katanya.
Selain itu, Indonesia juga tercatat pada tahun 2019 sebagai negara dengan pengeluaran untuk sektor fesyen muslim pada urutan lima tertinggi, setelah Iran, Turki, Arab Saudi, dan Pakistan.
Dengan begitu, perkembangan industri fesyen muslim tersebut dapat menjadi peluang untuk meningkatkan pergerakan ekonomi di Aceh.
"Dengan makin berkembangnya industri fesyen ini, tentu nantinya akan melibatkan orang lain serta membutuhkan bahan baku dari pengrajin lokal, tetapi tetap mengacu pada inspirasi tren global," katanya.