Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan dukungannya terhadap langkah PT PLN (Persero) dalam melakukan transisi energi di Indonesia sebagai upaya mencapai target netralitas karbon pada 2060.
"Saat ini PLN menjadi pemain utama dalam transisi energi, ini tidak bisa dihindari lagi. Namun, saya optimis dengan sumber daya manusia PLN yang mumpuni, segala tantangan dalam menjalankan transisi energi ini dapat dilaksanakan dengan baik," ujarnya saat berkunjung ke kantor pusat PLN di Jakarta, Kamis.
Dalam lawatannya ke kantor PLN, Erick menilai kesuksesan PLN dalam menjawab tantangan pengurangan emisi dan transisi energi berada di pundak sumber daya manusia, terutama pegawai milenial yang punya tugas penting dalam memberikan inovasi untuk transisi energi.
Menurut dia, proses transisi ke energi yang memiliki karbon lebih rendah tentu sangat menantang. Beradaptasi dengan era rendah karbon tentu saja memiliki dampak yang sangat luas.
Adaptasi tersebut tidak hanya menyangkut strategi investasi dan permodalan, namun juga terkait erat dengan budaya dan kebiasaan yang ada.
Salah satu dukungan pemerintah adalah dengan membentuk holding dan subholding di tubuh PLN. Erick memastikan pembentukan holding di PLN bukan berarti meliberalisasi PLN, tetapi untuk membuat PLN lebih lincah lagi ke depan.
"Tidak mungkin saya membentuk holding untuk memperlemah PLN. Pembentukan holding subholding bukan untuk meliberalisasi, justru ini sebagai langkah untuk memperkuat PLN," tegas Erick.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo tak menampik dalam mencapai target netralitas karbon, PLN harus terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Saat ini, perseroan telah melakukan berbagai pengayaan dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk menjalankan transisi energi.
Dalam rencana perdagangan karbon di Indonesia, PLN mengirimkan insan terbaiknya yang mayoritas adalah milenial untuk mengemban ilmu di Eropa untuk mengadaptasi sistem perdagangan karbon di sana. Melalui transfer pengetahuan itu diharapkan mampu meningkatkan potensi insan PLN dalam mengembangkan instrumen energi bersih di Indonesia.
"PLN menjadi pemain utama dalam perdagangan karbon di tanah air, untuk itu kami belajar sampai ke Eropa," ujar Darmawan.
Di sisi lain, dalam transisi energi PLN juga sudah menetapkan peta jalan melalui upaya peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan menjadi 29 gigawatt pada 2030 yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
Secara paralel untuk bisa menekan emisi PLN juga sudah merencanakan untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan menerapkan teknologi co-firing pada PLTU yang sudah ada untuk menekan angka emisi gas buang.
"Untuk melepas ketergantungan terhadap impor minyak, PLN juga mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit berbasis energi baru terbarukan maupun gas," kata Darmawan.