Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Aceh segera merevitaliasi kembali empat kesenian lokal Aceh yang diketahui hampir punah.
Keempat kesenian yang terancam punah tersebut adalah Sining dari Gayo, Laweut dari Banda Aceh/Aceh Besar, Landoq Sampot dari Aceh Selatan dan Rapai Pulot Geurimpeng dari Pidie.
"Revitalisasi dalam artian merekonstruksi dan mendokumentasi kembali secara visual dan tekstual dipandang penting mengingat banyak kesenian Aceh terancam punah," kata Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh, Irini Dewi Wanti di Banda Aceh, Rabu (19/10).
Ia menjelaskan sulitnya berlatih dan kurangnya ketersediaan ruang pementasan membuat banyak kesenian yang tersebar di seluruh Aceh terancam punah.
"Kita berharap dengan peran kita dan semua pihak yang peduli bisa memasyarakatkan kembali kesenian-kesenian yang hampir punah, sehingga generasi muda bisa kembali berlatih dan ikut ambil bagian melestarikan berbagai kesenian lokal," katanya.
Irini menyebutkan, program revilatisasi kesenian lokal tersebut dilaksanakan secara berjenjang yakni dengan tahapan pertama adalah survei, focus group discussion yang dilengkapi dengan rekonstruksi untuk kesenian yang hampir punah, pelatihan kepenulisan, workshop, hingga pementasan.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengapresiasi upaya BPNB tersebut dan pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat Aceh agar bisa melaporkan kesenian-kesenian lain yang terdeteksi pernah ada di sebuah daerah, namun sudah memudar.
"Lapor jika ada sehingga kita bisa gali dan revilatisasi kembali," katanya.
Zaini menjelaskan kesenian merupakan idenditas daerah yang harus selalu dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan bangsa. Provinsi Aceh kaya akan kesenian lokal, bahkan beberapa di antaranya telah mendunia seperti Tari Saman yang oleh UNESCO telah diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda.