Banda Aceh (ANTARA) - Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, membutuhkan investor untuk pembuatan gudang pendingin untuk menyimpan komoditas perikanan, salah satunya adalah ikan teri.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Jaya Teuku Ridwan di Aceh Jaya, Kamis, mengatakan produksi ikan teri hasil tangkapan nelayan di kabupaten setempat mencapai 30 hingga 35 ton per tahunnya.
Ridwan menyebutkan, Aceh Jaya masih mengalami kendala tempat penyimpanan ikan teri yang belum tersedia di sana, sehingga para pengusaha harus menyimpan ke gudang pendinginan di Medan Sumatera Utara.
Padahal sebenarnya usaha ikan teri itu bisa menjadi sumber PAD (pendapatan asli daerah) Aceh Jaya jika memiliki tempat penyimpanan. Apalagi, untuk biaya sewa gudang itu tarifnya sekitar Rp500 per kilogram per per bulan.
Baca juga: Ikan sejenis teri diduga diserang predator terdampar di pantai Kampung Jawa
Menurut dia, gudang penyimpanan sangat penting karena di saat stok ikan teri melimpah, maka harus disimpan terlebih dahulu sebelum nantinya dijual kembali ketika produksi berkurang.
“Karena itu harapan kita Pemerintah Aceh Jaya juga bisa membangun gudang penyimpanan pangan tersebut, sehingga PAD juga akan meningkat nantinya dari sektor ini,” kata Ridwan.
Produksi ikan teri di Aceh Jaya didapatkan saat musim timur laut, yaitu pada bulan November hingga Februari tahun berikutnya. Produksi teri tangkapan nelayan di Aceh Jaya mencapai 35 ton per tahun.
Ridwan mengatakan, untuk bagan apung menangkap ikan teri di wilayah tersebut terdapat sebanyak 59 unit yang tersebar di kawasan Lhok Kruet, Crak Mong, Lhok Geulumpang, Panton Makmur dan Ceunamprong Aceh Jaya.
“Jenis ikan teri di Aceh Jaya sendiri juga ada empat jenis yaitu, teri nasi, patah mayam, teri jengki dan teri paku serta rebon atau udang sabu,” ujarnya.
Baca juga: Ikan teri dominan hasil tangkapan nelayan Lhokseumawe